Jaga Harga Pangan Jelang Nataru, Ekonom: Pasokan Energi Harus Lancar
Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom menilai PT Pertamina (Persero) perlu memastikan pasokan BBM dan LPG lancar agar harga pangan tetap terjaga jelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Andry Satrio Nugroho mengingatkan Pertamina harus mampu memenuhi permintaan energi pada akhir tahun. Sebab, jika pasokan energi terganggu, maka potensi kenaikan harga-harga pun bisa terjadi. "Karena kalau misalnya supply ini tidak aman dipastikan akan ada kenaikan [harga-harga], kenaikannya tidak hanya berada di transportasi saja, tetapi juga berada di bahan makanan," kata Andry kepada Bisnis, Senin (9/12/2024).Dia pun mengingatkan bahwa kenaikan harga makanan bisa memicu inflasi paling tinggi. Selain itu, Andry pun menggarisbawahi Pertamina perlu meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) hariannya.Apalagi, produksi minyak RI masih jauh dibandingkan dengan kebutuhan. Oleh karena itu, Pertamina tidak boleh tutup mata terkait perlunya peningkatan lifting migas."Nah, ini gimana sebetulnya keinginannya terkait dengan pengurangan impor energi atau mungkin swasembada energi terkait dengan peningkatan lifting migas itu kan juga kita juga perlu dorong," jelas Andry.Andry pun mengingatkan Pertamina untuk tidak hanya berfokus pada penyediaan energi selama Nataru, tetapi juga pada produksi di 2025."Jadi masih cukup banyak hal-hal yang dirasakan sebelumnya menjadi PR begitu ya di 2025 nanti dan ini tidak hanya sekadar kita berbicara bagaimana mengamankan supply dari Nataru saja, tetapi bagaimana kinerja perseroan ini ke depannya gitu," ucap Andry.
Selama Nataru atau 16 Desember 2024-9 Januari 2025, Pertamina memproyeksi konsumsi bahan bakar minyak jenis bensin (gasoline) naik 5% dibanding rata-rata normal. Sementara itu, konsumsi gas oil atau minyak solar diproyeksi turun 3,3%.
Adapun, kebutuhan LPG untuk konsumsi rumah tangga selama periode Satgas diprediksikan mengalami kenaikan sekitar 2,7% dibanding rerata normal. Setali tiga uang, Analis senior Indonesia Strategic and Economic Action (ISEAI) Ronny P Sasmita menilai Pertamina memiliki tanggung jawab besar terhadap ketahanan bahan bakar selama Nataru. Apalagi, Pertamina telah memiliki proyeksi peningkatan konsumsi BBM selama Nataru 2024/2025."Jangan sampai terjadi kelangkaan pas di waktu itu [Nataru] sehingga harganya di beberapa tempat tidak terkontrol," kata Ronny.Ronny menjelaskan, dalam hal bisnis Pertamina seharusnya bisa mengantisipasi kebutuhan BBM. Terlebih, perusahaan migas pelat merah itu pun mampu memberikan proyeksi kebutuhan. "Kalau sampai terjadi kelangkaan ya salah ada di Pertamina, sementara mereka sudah tahu akan ada kenaikan sebesar itu," ucap Ronny.