Jalan RE Martadinata Terendam Rob, Pengendara Nekat Menerobos

Jalan RE Martadinata Terendam Rob, Pengendara Nekat Menerobos

JAKARTA, KOMPAS.com – Jalan RE Martadinata di Tanjung Priok, Jakarta Utara, kembali terendam banjir rob pada Selasa (14/1/2025) siang.

Pengamatan Kompas.com di lokasi sekitar pukul 11.30 WIB, ketinggian air di jalan tersebut mencapai 15-25 sentimeter.

Meski genangan cukup tinggi, arus lalu lintas di sepanjang Jalan RE Martadinata tetap ramai.

Para pengendara tampak memilih untuk menerobos banjir yang menggenangi jalanan, terutama di depan Jakarta International Stadium (JIS).

Di sisi lain, aktivitas KRL di area tersebut terpantau berjalan normal. Rel kereta yang berada di depan JIS tidak tergenang air karena sebelumnya telah ditinggikan oleh PT KAI pada awal Januari 2025.

Peninggian ini dilakukan agar rel tidak mudah terendam banjir rob, seperti yang sering terjadi sebelumnya.

Sementara itu, guna mempercepat penanganan genangan, terlihat satu pompa air beroperasi di lokasi.

Pompa ini digunakan untuk menyedot air yang menggenangi jalan agar segera surut.

Namun, curah hujan yang tinggi dan banjir rob yang belum sepenuhnya surut membuat para pengendara harus lebih berhati-hati.

Beberapa pengendara bahkan memperlambat laju kendaraan mereka untuk menghindari risiko mesin mogok akibat genangan.

Hingga berita ini ditulis, genangan air masih terlihat di sejumlah titik di Jalan RE Martadinata, meskipun arus lalu lintas terpantau tetap lancar.

Sebelumnya diberitakan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, frekuensi banjir rob di pesisir utara Jakarta menunjukkan peningkatan dalam beberapa waktu terakhir.

"Banjir rob dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu astronomis, meteorologi, dan topografi," kata Prakirawan BMKG, Dyan Ayu Damayanti, saat diwawancarai Kompas.com pada Kamis (9/1/2025).

Dyan menjelaskan bahwa faktor astronomis terkait dengan pasang surut air laut.

Sementara itu, faktor meteorologi berhubungan dengan kondisi cuaca, seperti hujan lebat.

Adapun faktor topografi mencakup penurunan permukaan tanah (land subsidence) dan abrasi.

Dia menyoroti bahwa pada bulan Desember lalu, yang merupakan puncak musim hujan, banjir rob menjadi lebih parah akibat fase bulan tertentu.

"Fase bulan baru, bulan purnama, dan perigee—jarak terdekat bulan ke bumi—dapat meningkatkan pasang air laut," jelas Dyan.

Selain itu, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang terjadi terus-menerus turut memperburuk kondisi.

"Hujan menambah volume air di daratan yang sudah terdampak pasang," ungkapnya.

Gelombang tinggi yang didorong oleh angin kencang di laut juga memperparah dampak dengan membawa air lebih jauh ke daratan.

Dyan memperingatkan bahwa potensi banjir rob pada bulan ini meningkat seiring fenomena perigee yang terjadi pada 7 Januari 2025 dan siklus bulan purnama pada 13 Januari. Kedua fenomena ini dapat menyebabkan peningkatan tinggi muka air laut.

Dengan kondisi tersebut, masyarakat di pesisir utara Jakarta diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan diri menghadapi dampak yang mungkin terjadi.

(Reporter Shinta Dwi Ayu | Editor Abdul Haris Maulana, Larissa Huda)

Sumber