Jejak Konversi Utang Emiten Grup Bakrie, dari DEWA hingga BUMI

Jejak Konversi Utang Emiten Grup Bakrie, dari DEWA hingga BUMI

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten Grup Bakrie PT Darma Henwa Tbk. (DEWA) akan menggelar konversi utang menjadi saham melalui jalan private placement kepada para krediturnya. Selain DEWA, deretan emiten keluarga Bakrie lainnya seperti BNBR hingga BUMI juga tercatat telah menjalankan strategi serupa untuk meringankan beban keuangannya.

Berdasarkan prospektus di Bursa Efek Indonesia, dikutip Jumat (17/1/2025), DEWA berencana menerbitkan hingga 17.167.935.215 saham biasa seri B dengan nilai nominal Rp50 per saham atau setara kurang lebih 44% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah dilakukannya PMTHMETD. Seluruh saham Seri B yang diterbitkan ini akan digunakan untuk penyelesaian kewajiban DEWA kepada para kreditur.

"Rencana PMTHMETD dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban Perseroan kepada Para Kreditur, dengan demikian akan memperbaiki struktur permodalan perseroan dengan rasio utang terhadap modal yang lebih rendah, serta menurunkan beban kewajiban keuangan perseroan," tulis manajemen DEWA, dikutip Jumat (17/1/2024).

Per September 2024, DEWA memiliki utang kepada kepada PT Madhani Talatah Nusantara (MTN) dengan hak tagih senilai Rp756,99 miliar. utang tersebut akan dibayarkan oleh Perseroan dengan mengonversi utang menjadi saham biasa seri B yang akan diambil bagian oleh MTN dengan menggunakan harga konversi Rp65 per lembar sahamnya.

Setelah pelaksanaan Rencana PMTHMETD, maka utang DEWA kepada MTN akan dikonversi menjadi sekitar 29,84% dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan dan seluruh Utang Usaha Perseroan kepada MTN menjadi lunas.

Selanjutnya, DEWA juga memiliki utang kepada PT Andhesti Tungkas Pratama (ATP) senilai Rp385,92 miliar, yang akan dibayarkan melalui konversi menjadi saham sebanyak-bannyaknya 5.521.923.077 saham biasa Seri B dengan harga konversi Rp65 per lembar saham.

"Setelah pelaksanaan Rencana PMTHMETD, maka utang Perseroan kepada ATP akan dikonversi menjadi sekitar 14,15% dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan dan seluruh utang Perseroan kepada ATP menjadi lunas," tambah manajemen DEWA.

Secara terperinci, nilai keseluruhan atas Rencana PMTHMETD adalah sebesar Rp1.115.915.789.000 yang terbagi atas utang usaha kepada MTN sebesar Rp756.990.789.000; dan utang kepada ATP atas Fasilitas linjaman sebesar Rp358.925.000.000.

"Hingga dengan keterbukaan informasi diterbitkan, perseroan tidak terlibat dalam perkara yang bersifat material baik di pengadilan maupun sengketa lain di luar Pengadilan yang mungkin dapat berpengaruh secara negatif terhadap kelangsungan usaha dan rencana PMTHMETD," tambah manajemen DEWA.

Untuk memuluskan aksi korporasi ini, DEWA akan meminta persetujuan pemegang saham (RUPSLB) pada 13 Februari 2025.

Sebelumnya, PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) juga melakukan aksi konversi utang menjadi saham pada akhir November 2024 yang lalu.

Berdasarkan keterbukaan informasi, manajemen BNBR menjelaskan rencana konversi utang melalui skema private placement kepada dua krediturnya yakni Eurofa Capital Investment Inc. dan Silvery Moon Investment Ltd. atau SMIL.

Secara rinci, utang jangka panjang BNBR di Europa mencapai US$50 juta atau setara Rp770,8 miliar. Lalu, pos pinjaman jangka pendek BNBR kepada SMIL dengan jumlah tagihan sebesar Rp465,11 miliar.

Adapun, total utang BNBR di Eurofa dan SMIL yang akan dikonversi mencapai Rp855 miliar. Dengan harga konversi Rp64 per saham, maka kreditur akan memiliki saham biasa Seri E total sebesar 7,7% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah dilakukannya PMTHMETD.

Pelaksanaan PMTHMETD untuk menjalankan konversi saham itu telah dilakukan setelah mendapatkan persetujuan pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang digelar pada 28 November 2024.

Manajemen BNBR menjelaskan bahwa dengan dilakukannya transaksi konversi utang menjadi saham-saham baru melalui mekanisme PMTHMETD, perseroan dapat memperbaiki posisi keuangannya.

"Perseroan akan memiliki rasio utang yang lebih sehat, beban keuangan yang berkurang, dan arus kas yang lebih kuat di masa yang akan datang," tulis Manajemen BNBR.

PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)Perbesar

Pada 2023 yang lalu, BNBR pun menjalankan konversi utang melalui private placement dengan nilai Rp6,36 triliun. Pihak yang mengambil saham hasil dari konversi utang itu yakni Levoca Enterprise Ltd., Port Fraser International Ltd., PT Prima Elok Makmur.

Tak hanya di BNBR, penyelesaian utang dilakukan emiten Grup Bakrie lainnya. PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA) dan PT Intermedia Capital Tbk. (MDIA) misalnya sedang menjalankan skema penyelesaian kewajiban penundaan utang (PKPU) terhadap 12 kreditur.

Di keterbukaan informasi pada akhir tahun lalu, baik VIVA dan MDIA menjelaskan dua cara dalam penyelesaian utangnya itu. Kedua cara yang dimaksud adalah secara tunai bertahap dan konversi utang menjadi ekuitas atau debt to equity swap.

Emiten pertambangan batu bara Grup Bakrie dan Grup Salim PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) pada 2022 juga menjalankan private placement sebanyak 200 miliar lembar saham dengan harga Rp120 per saham atau setara dengan Rp24 triliun untuk perbaikan posisi keuangannya.

Pada 2020, anak usaha BUMI yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) pun melakukan private placement untuk melunasi kewajiban hutangnya. Saat itu, BRMS menerbitkan 14,5 miliar saham.

Seluruh saham itu diambil oleh salah satu kreditur BRMS, yaitu Wexler Capital Pte. Ltd. (Wexler) melalui transaksi konversi hutang menjadi saham dalam rangka pelunasan pinjaman sebesar US$52 juta atau sekitar Rp729 miliar.

Pada 2016, PT Bakrieland Development Tbk. (ELTY) menjalankan penyelesaian pembayaran utang dengan menyerahkan saham anak usaha saat itu, PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk. (JGLE).

Selain itu, emiten telekomunikasi milik Grup Bakrie, PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) telah menempuh PKPU sejak 2014 untuk menyelesaikan total utang yang mencapai Rp11,4 triliun yang dikuasai total 580 kreditur domestik dan luar negeri. BTEL pun menjalankan proses restrukturisasi utang melalui skema obligasi wajib konversi (OWK) dan cicilan tunai.


Sumber