Jokowi Tinjau Inovasi Padi Biosalin di Semarang, Solusi Ketahanan Pangan pada Lahan Pesisir

Jokowi Tinjau Inovasi Padi Biosalin di Semarang, Solusi Ketahanan Pangan pada Lahan Pesisir

KOMPAS.com – Presiden ketujuh Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi lokasi pengembangan padi varietas Biosalin di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Sabtu (18/1/2025).

Jokowi menyaksikan penanaman padi varietas Biosalin dan berdialog dengan petani setempat. Ia juga meninjau keberhasilan pengelolaan lahan payau menggunakan teknologi desalinasi air laut.

Kunjungan tersebut merupakan bentuk dukungan terhadap pengelolaan lahan salin sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan di wilayah pesisir yang rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Kawasan pesisir Semarang sendiri memang menghadapi berbagai tantangan, seperti abrasi, intrusi air laut, alih fungsi lahan, dan kemiskinan.

Data Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Mineral Jateng menunjukkan, intrusi di pesisir Kota Semarang mencapai 5 km ke daratan.

Untuk abrasi, citra satelit menunjukkan bahwa garis pantai di pesisir utara Kota Semarang terkikis dengan rerata satu meter per tahun.

Kemudian, alih fungsi lahan akibat pembangunan pesat di Semarang turut menjadi persoalan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), aktivitas alih fungsi telah mengurangi lahan pertanian di wilayah Semarang sebesar 10 persen dalam satu dekade terakhir.

Persoalan berikutnya adalah kemiskinan yang membayangi nelayan dan petani di pesisir Semarang. Penurunan hasil tangkapan, gagal panen, serta kerusakan infrastruktur memperburuk kondisi ekonomi masyarakat pesisir.

Di tengah kondisi tersebut, pengembangan padi varietas Biosalin memberikan harapan baru. Padi jenis ini merupakan hasil riset panjang yang tahan terhadap salinitas atau kadar garam laut tinggi dan bisa menjadi solusi untuk lahan pertanian terdampak intrusi air laut.

Padi tersebut ditanam di lahan payau dengan menggabungkan teknologi desalinasi air laut. Menggunakan teknologi osmosis terbalik, desalinasi air laut menghasilkan air tawar untuk irigasi sawah padi varietas Biosalin.

Air dari desalinasi tersebut juga dapat digunakan kebutuhan masyarakat setempat. Teknologi ini pun bisa memberikan alternatif pasokan air bersih.

Selain mampu tumbuh di lahan bersalinitas tinggi, varietas padi Biosalin, seperti Biosalin 1 dan 2, juga punya produktivitas tingi.

Panen perdana padi Biosalin 1 dan 2 pada Oktober 2024 di Kelurahan Mangunharjo membuktikan keberhasilan program ini. Hasil panen yang meningkat turut mendongkrak pendapatan petani serta memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.

Keberhasilan program Biosalin sendiri tak terlepas dari sinergi pentaheliks antara Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA), akademisi, pelaku usaha, masyarakat lokal, dan media.

Meski demikian, program ini masih menghadapi beberapa tantangan. Biaya operasional teknologi desalinasi yang tinggi membutuhkan skema pembiayaan inovatif untuk menjamin keberlanjutan. 

Untuk mengurangi biaya operasional secara keseluruhan, Pemkot Semarang dan BRIN juga bekerja sama menciptakan bibit padi berkelanjutan dengan pola tanaman bibit masif dan tersistem. Dengan demikian, harga bibit menjadi lebih terjangkau.

Pemkot Semarang juga melakukan pelatihan dan pendampingan intensif kepada masyarakat sekitar agar bisa mengelola sawah padi varietas Biosalin dengan teknologi desalinasi air laut.  

Tidak hanya itu, penerapan teknologi Biosalin juga harus memperhatikan dampaknya terhadap ekosistem pesisir melalui kajian dan monitoring berkala.

Kendati masih menghadapi tantangan, program Biosalin menjadi harapan baru bagi masyarakat pesisir di tengah tantangan perubahan iklim. Dengan begitu, masyarakat yang sejahtera dan berdaya tahan dapat terwujud.

Sumber