Kabinet Keamanan Israel Setujui Gencatan Senjata dengan Hamas, 33 Sandera akan Dibebaskan Minggu
YERUSALEM, KOMPAS.com – Kabinet keamanan Israel pada Jumat menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas, membuka jalan bagi pembebasan 33 sandera Israel pada Minggu (19/1/2025) mendatang.
Kesepakatan ini juga diharapkan mengakhiri konflik selama 15 bulan yang telah menghancurkan Gaza, menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina, dan mengakibatkan jutaan penduduk terlantar.
Kesepakatan ini dirancang dalam tiga tahap. Pada tahap pertama selama enam minggu, Hamas akan membebaskan sandera Israel, termasuk perempuan, anak-anak, dan pria berusia di atas 50 tahun.
Sebagai gantinya, Israel akan membebaskan hingga 1.650 tahanan Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak di bawah 19 tahun.
Dilansir Reuters, meskipun kesepakatan telah dicapai, serangan udara Israel terus berlangsung di Gaza. Sejak kesepakatan diumumkan pada Rabu, 116 warga Palestina, termasuk 60 perempuan dan anak-anak, telah tewas.
Di Khan Younis, serangan terhadap tenda pengungsi menewaskan dua orang dan melukai tujuh lainnya.
Kesepakatan ini dicapai melalui mediasi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.
Selain pembebasan sandera dan tahanan, kesepakatan ini mencakup peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza, termasuk hingga 600 truk bantuan per hari untuk menangani kelaparan dan penyakit yang meluas di wilayah tersebut.
Di Israel, kesepakatan ini menghadapi penolakan dari kelompok garis keras dalam pemerintahan. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengancam akan mundur jika kesepakatan ini dianggap sebagai penyerahan diri kepada Hamas.
Namun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa kesepakatan ini penting untuk membebaskan para sandera dan memberikan kesempatan untuk mengurangi ketegangan di wilayah tersebut.
Konflik ini bermula pada Oktober 2023 ketika Hamas menyerang wilayah perbatasan Israel, menewaskan 1.200 orang dan menculik lebih dari 250 sandera.