Kaleidoskop 2024: Penggempuran Kampung Narkoba di Jakarta...

Kaleidoskop 2024: Penggempuran Kampung Narkoba di Jakarta...

JAKARTA, KOMPAS.com - Di sepanjang perjalanan tahun 2024, kampung-kampung yang dipenuhi oleh gelapnya narkoba tak henti-hentinya disisir oleh tangan-tangan tegas kepolisian, dengan harapan memutus aliran kejahatan yang terus meracuni jantung Ibu Kota.

Dalam catatan Kompas.com sepanjang tahun ini, sejumlah kampung tetap menjadi sarang narkoba meski berbagai upaya penumpasan telah dilakukan.

Kampung Boncos dan Kampung Ambon di Jakarta Barat, serta Kampung Bahari di Jakarta Utara, seolah menjadi tempat yang tak pernah lepas dari bayang-bayang kegelapan. Di sana, narkoba terus diperdagangkan dengan sadis, menghancurkan kehidupan tanpa ampun.

Meskipun penggerebekan telah dilakukan berkali-kali, barang haram itu tetap saja menemukan jalannya, seolah tak kenal jera.

Kompas.com merangkum beberapa operasi besar yang dilakukan polisi sepanjang tahun 2024, menggambarkan perjuangan tanpa henti untuk menumpas peredaran narkoba di tiga kampung yang hingga kini masih menjadi sarang gelap di Jakarta.

Boncos sejatinya bukanlah nama resmi sebuah perkampungan. Ia hanyalah sebuah permukiman liar yang tersembunyi di sudut Gang Kiapang, RW 3, Kelurahan Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat.

Namun, sejak awal tahun 2000-an, nama Boncos telah menjadi bisikan kelam sebagai kampung narkoba, tempat di mana transaksi terlarang berlangsung dengan bebas, membayangi warganya dengan gelapnya peredaran barang haram.

Pada tahun 2005, aktivitas itu sempat meredup. Upaya tegas aparat kepolisian yang rutin menggerebek daerah ini seolah menjadi cahaya kecil yang berusaha mengusir kegelapan.

Namun, rupanya harapan itu hanya bertahan sesaat. Boncos kembali meraih gelar suramnya sebagai sarang narkoba, tempat di mana gelap tetap setia bersemayam.

Di bulan Juli 2024, kegelapan itu kembali diusik. Sebuah operasi besar digelar, dan sebanyak 46 orang digiring keluar dari sarang itu.

Dari jumlah tersebut, 42 orang dinyatakan positif sabu-sabu, menunjukkan betapa dalam cengkeraman barang haram itu di Boncos.

Polisi juga menyita berbagai barang bukti—paket kecil sabu-sabu, pipet bekas pakai, alat timbang digital, hingga senjata tajam yang menyelimuti kampung ini dengan aura bahaya.

Namun, drama di Boncos tak berhenti di situ. Desember 2024 kembali mencatat penggerebekan besar lainnya.

Kali ini, 31 orang terbukti menggunakan narkoba jenis sabu, dan barang bukti berupa 21 gram sabu, alat isap, celurit, serta pistol korek api turut diamankan.

Boncos, dengan segala gelapnya, tetap menjadi simbol perjuangan yang tak kunjung selesai.

Meski telah berkali-kali digempur, bayangan kelam narkoba masih enggan beranjak dari kampung ini, menyisakan harapan tipis di tengah gelap yang menggantung.

Pada Oktober 2024, polisi juga menggerebek Kampung Ambon, Jakarta Barat. Namun tugas mulia kepolisian berubah menjadi drama yang penuh luka.

Pada Minggu (13/10/2024) pukul 19.30 WIB, operasi penangkapan terkait narkotika menjadi saksi bisu keberanian lima anggota Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya. Namun, keberanian mereka dibalas dengan kekerasan.

Saat menjalankan tugas, mereka menghadapi amukan yang tak terduga, sebuah aksi pengeroyokan yang melukai tubuh mereka.

Namun, mereka tetap berdiri tegak, seolah menegaskan bahwa tugas suci ini tak akan mereka tinggalkan.

"Anggota kami mengalami luka akibat pengeroyokan. Namun, berkat perawatan medis, kondisi mereka kini telah membaik," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi, Senin (14/10/2024).

Meski tak membahayakan nyawa, insiden ini mencoreng misi mulia mereka untuk menjaga keamanan masyarakat dari ancaman narkoba.

Polda Metro Jaya pun menegaskan bahwa kekerasan seperti ini tak akan menyurutkan langkah mereka. Hukum akan ditegakkan, dan keadilan akan dikejar hingga ke ujung yang paling dalam.

"Kami akan menyelidiki semua pihak yang terlibat. Tak ada ruang bagi mereka yang berani melawan hukum," tegas Ade dengan nada penuh komitmen.

Namun, cerita luka ini bukanlah yang pertama. Pada Juli 2024, sebuah peristiwa serupa terjadi. Polisi yang sedang patroli di kawasan Kompleks Permata menjadi sasaran pelemparan benda tumpul.

Dalam rekaman yang viral di media sosial, terlihat bagaimana para anggota kepolisian berusaha menghindari lemparan batu sembari memberikan tembakan peringatan.

Dengan demikian, Kampung Ambon, yang menjadi saksi bisu dari perlawanan ini, terus menjadi medan perjuangan bagi polisi yang berani menantang gelap demi secercah cahaya keadilan.

Selain Kampung Boncos dan Ambon, terdapat satu wilayah lagi di Jakarta yang juga disebut menjadi "Kampung Narkoba".

Wilayah itu disebut Kampung Bahari di Jakarta Utara. Kampung tersebut kembali menjadi panggung kelam bagi drama tanpa akhir peredaran narkoba yang terus berdenyut, meski sudah berulang kali digempur oleh aparat kepolisian.

Pada Sabtu (13/7/2024), sekali lagi suara langkah polisi bergema di gang-gang sempit kampung itu, dalam upaya menggulung jaringan yang tak pernah benar-benar padam.

Dari penggerebekan itu, 31 orang diamankan, dan barang bukti berupa sabu serta ganja sintetis berhasil disita.

Namun, seperti bayangan yang tak pernah benar-benar pergi, narkoba terus menemukan jalannya.

Kapolres Metro Jakarta Utara saat itu, Kombes Gidion Arif Setyawan, menyebut siklus ini adalah jantung dari masalah yang seolah tanpa akhir.

"Siklus ini seperti roda yang terus berputar. Untuk menghentikannya, kita harus mematikan ekosistemnya," ujar Gidion.

Ekosistem gelap itu bukan sesuatu yang tumbuh dengan sendirinya. Itu disebut karena ada karya tangan-tangan bandar yang merancang, membangun, dan menata jaringan dengan rapi, hingga Kampung Bahari menjadi ikon tempat peredaran dan penyalahgunaan narkoba.

"Kami tidak akan pernah lelah. Penangkapan, penindakan, dan pemutusan mata rantai akan terus kami lakukan, apa pun yang terjadi," kata Gidion.

Namun, perlawanan ini tak hanya melawan narkoba semata. Akar dari semua ini disebut terletak pada alasan ekonomi.

Kini, Kampung Bahari, dengan segala kompleksitasnya, terus menjadi medan tempur antara harapan dan kegelapan.

Di balik setiap penggerebekan, tersimpan tekad untuk memutus rantai ini. Sebuah perjuangan yang tak hanya melibatkan polisi, tetapi juga menyentuh hati setiap orang yang ingin melihat dunia tanpa bayang-bayang narkoba.

Sumber