Kangen Rumah, Santri di Jombang Manfaatkan Libur Natal dan Tahun Baru untuk Pulang

Kangen Rumah, Santri di Jombang Manfaatkan Libur Natal dan Tahun Baru untuk Pulang

JAKARTA, KOMPAS.com - Momen liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat yang beragama Katolik dan Kristen Protestan untuk berkumpul dengan keluarga di rumah dan kampung halaman mereka masing-masing.

Banyak juga masyarakat yang bukan umat Kristiani yang mendapatkan kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga di momen Nataru ini.

Salah satunya, Saka (17), anak pesantren di Jombang, Jawa Timur, ini memilih pulang ke rumahnya di Pamulang, Banten, karena sudah kangen dengan keluarganya.

“(Pulang ke Banten) sebenarnya kangen saja sama keluarga. Tapi, emang kebijakan dari pondoknya kita disuruh pulang semua,” kata Saka saat ditemui di ruang tunggu Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (23/12/2024).

Saka mengaku sudah memesan tiket pulang sejak dua minggu lalu.

Saat itu, masih simpang siur kapan dia dan teman-temannya di pondok boleh pulang ke rumah.

Shela Octavia Saka saat ditemui di ruang tunggu Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (23/12/2024).

Waktu itu, informasi yang beredar, mereka boleh pulang sekitar tanggal 21 Desember 2024.

“Tadinya mau tanggal 24. Ternyata (sudah boleh pulang) tanggal 21. (Saka berpikir) kok tiga hari di sana (pesantren) sendirian. Kita bingung dong, makanya dipercepat tanggalnya 23 ini,” kata dia semringah.

Saat ditemui, Saka terlihat membawa dua koper besar dengan dua ransel dan tas jinjing.

Dia mengatakan, tas-tas ini juga merupakan milik satu orang temannya yang saat itu sedang pergi sholat.

“Banyak ini (bawaan pulang). Karena ini libur tengah semester, saya enggak bawa semua barang di pondok (ke rumah). Paling isinya (koper) ada pakaian saja,” imbuh dia.

Sambil tertawa, Saka mengaku tidak membawa oleh-oleh dari Jombang.

Dia mengaku tidak dapat titipan dari orang tuanya untuk buah tangan atau semacamnya.

“Kalau oleh-oleh enggak ada sih. Enggak ada (titipan keluarga) sih. Kan kita juga duitnya (uang jajan) terbatas,” lanjut Saka.

Saka mengaku akan liburan hingga tanggal 5 Januari 2025 nanti.

Sejak dua tahun lalu, dia mulai mondok, Saka selalu pulang pergi Jakarta-Jombang menggunakan kereta api.

Meski harus merogoh kocek seharga Rp 590.000 untuk tiket pulang hari ini, Saka mengatakan, harga ini sudah terhitung murah jika dibandingkan dengan harga tiket kereta yang turun di Stasiun Gambir.

“(Turun) di Stasiun Gambir itu harganya mahal, Rp 800.000-an. Beda Rp 300.000 (dengan turun di Pasar Senen). Jadi, kita cari yang lebih murah, eksekutif tapi lebih murah lah. Akhirnya, kita pilih turun di Stasiun Pasar Senen,” jelas dia.

Saka mengaku lebih nyaman bepergian naik kereta karena jadwalnya yang tepat waktu.

“Kalau naik kereta itu lebih nyaman. Terus, waktunya itu tepat waktu. Jadi kalau berangkatnya jam 5, ya jam 5. Ada estimasi perjalanannya,” kata dia.

Ketersediaan pemesanan tiket melalui online juga menjadi salah satu alasan bagi Saka untuk melakukan perjalanan jauh menggunakan kereta.

Sumber