Kanselir Jerman Kalah dalam Mosi Tak Percaya, Pemilu Dini Akan Digelar
Kanselir Jerman Olaf Scholz kalah dalam mosi tidak percaya yang divoting parlemen pada Senin (16/12) waktu setempat, menyusul pergolakan politik selama beberapa waktu terakhir. Hilangnya kepercayaan parlemen terhadap Scholz ini membuka jalan untuk digelarnya pemilu dini di Jerman.
Mosi tidak percaya itu diajukan dalam parlemen Jerman, seperti dilansir Reuters dan AFP, Selasa (17/12/2024), sebagai formalitas setelah koalisi tiga partai yang dipimpin Scholz kolaps bulan lalu, menyusul mundurnya Partai Demokrat Bebas dari koalisi karena perselisihan mengenai utang.
Mundurnya Partai Demokrat Bebas itu membuat Partai Sosial Demokrat (SPD) yang menaungi Scholz dan Partai Hijau tidak memegang mayoritas dalam parlemen Jerman ketika negara itu menghadapi krisis ekonomi yang semakin parah.
Parlemen Jerman tidak bisa bubar sendiri, dan berdasarkan aturan yang dirancang untuk mencegah ketidakstabilan, Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier hanya bisa membubarkan parlemen dan menyerukan pemilu terbaru jika kanselir menyerukan, dan kalah dalam, mosi tidak percaya.
Dalam voting mosi tidak percaya yang digelar parlemen Jerman, atau Bundestag, pada Senin (16/12), Scholz hanya mendapatkan 207 suara dukungan, dengan 394 suara lainnya menentang dirinya, dan 116 suara memilih abstain. Total terdapat 733 kursi dalam Bundestag.
Dengan lebih banyak suara anggota parlemen yang menentangnya, dan dia gagal mendapatkan 367 suara dukungan yang diperlukan untuk lolos dari mosi tidak percaya, maka Scholz harus mengakhiri masa jabatannya lebih awal.
Hal ini membuka jalan untuk digelarnya pemilu dini di Jerman kemungkinan pada 23 Februari tahun depan.
Voting mosi tidak percaya ini digelar saat gejolak politik melanda Jerman ketika negara itu berjuang menghidupkan kembali perekonomian yang terpuruk akibat tingginya harga energi dan persaingan ketat dari China.
Tonton juga Video Mosi Tidak Percaya Ternyata Ditujukan untuk Presiden Macron
[Gambas Video 20detik]
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Berlin juga menghadapi tantangan geopolitik yang besar ketika negara itu berhadapan dengan Rusia terkait perang di Ukraina, dan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih, yang semakin meningkatkan ketidakpastian mengenai masa depan NATO dan hubungan perdagangan kedua negara.
Dalam perdebatan sebelum voting digelar, pemimpin oposisi Friedrich Merz dari Partai Persatuan Demokrat Kristen (CDU), yang menaungi mantan Kanselir Angela Merkel, menuduh Scholz tidak kompeten dan kurang memiliki visi.
Scholz dalam pembelaannya mempertahankan rekam jejaknya sebagai pemimpin dalam krisis yang pernah menghadapi situasi darurat ekonomi dan keamanan yang dipicu invasi Rusia ke Ukraina tahun 2022 lalu.
Sosok Merz yang memimpin dalam jajak pendapat terbaru, diprediksi akan menggantikan Scholz sebagai Kanselir Jerman. Scholz akan memimpin pemerintahan sementara hingga pemerintahan baru terbentuk nantinya setelah pemilu digelar tahun depan.
Tonton juga Video Mosi Tidak Percaya Ternyata Ditujukan untuk Presiden Macron
[Gambas Video 20detik]