Karni, Relawan Dokumen Kependudukan di Kampung Pemulung

Karni, Relawan Dokumen Kependudukan di Kampung Pemulung

Sejak tahun 2018, Karni bergabung menjadi relawan Institut Kewarganegaraan Indonesia (IKI). Bersama IKI, Wanita berusia 47 tahun ini telah membantu mengurus kurang lebih 100 dokumen kependudukan warga, seperti kartu keluarga (KK), kartu tanda penduduk (KTP), serta akta kelahiran.

"Mungkin, karena banyaknya orang yang menganggap dokumen tidak penting. Terus, mereka sibuk bekerja gitu ya. Jadi, nggak sempat bikin. Jadi mereka perlu ada seseorang yang disuruh untuk membuatkan akta," jelas Karni di program Sosok detikcom.

Karni bertutur, sebagian warga ‘kampung pemulung’ di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan awalnya tidak merasa membutuhkan dokumen tersebut untuk menjalani hidup mereka. Kesadaran warga tentang dokumen kependudukan biasanya terpantik ketika mereka merasakan langsung risikonya. Mulai dari tidak mendapat akses kesehatan gratis dari BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), tidak mendapat bantuan sosial dari pemerintah, atau ketika anak-anak mereka tidak bisa melanjutkan ujian paket karena terkendala NIK (Nomor Induk Kependudukan).

"Kalau nggak punya KTP, ya dia nggak punya identitas, ya. Terus, hak-hak dia untuk mendapatkan kayak pendidikan, nggak ada kan. BPJS juga mereka nggak dapat. Terus bantuan pemerintah juga nggak dapat," tutur Karni.

Prihatin dengan kondisi tersebut, Karni pun tergerak untuk membantu. Ia kerap mengedukasi tetangganya tentang betapa penting dokumen-dokumen kependudukan. Karni juga membantu mengurus pembuatan akta kelahiran, KK, dan KTP mulai dari awal hingga akhir.

Jasa Karni juga tidak dipungut biaya sepeser pun. Kebutuhan ongkosnya untuk bolak-balik mengurus dokumen ditanggung oleh IKI. Namun di saat-saat tertentu, Karni juga tak ragu untuk merogoh kantongnya sendiri.

"Saya ngomong aja, saya mau urus ini, terus dibantu transport sama IKI-nya. Kalau saya ada, ya saya pakai uang saya. Saya nggak mau ngebebani ke orang yang nyuruh saya bikin akta," ucap Karni.

Meski sudah khatam dengan proses mengurus dokumen kependudukan, Karni bukannya tak pernah mengalami hambatan. Persoalan paling sulit justru bisa datang dari orang yang dibantunya. Beberapa kali Karni mesti berhadapan dengan warga yang tidak kooperatif dalam menjalankan prosedur pengurusan dokumen.

"Tantangannya, ya orang-orang yang nggak kooperatif. Kita udah mau bantu, sedangkan mereka santai-santai aja, merasa nggak penting, gitu. Padahal, kalau udah jadi kan mereka yang senang ya. Nah, susahnya gitu. Namanya orang, pikirannya beda-beda, ya. Harus perlu kesabaran, keikhlasan," aku Karni.

Walaupun tak mudah, Karni tetap membantu siapapun yang membutuhkan uluran tangannya. Bagi Karni, melihat terbitnya dokumen yang diurus sekian lama adalah kepuasan batin yang tak tergantikan. Saat itu tiba, Karni berharap agar dokumen tersebut dapat membuat kehidupan orang yang dibantunya jadi lebih baik.

"Sebenarnya saya kasihan aja, ya. Ngelihat anak mau sekolah, nggak bisa. Buat berobat aja susah, buat makan aja kadang harus jualan dulu. Tapi setelah saya bantu, dan berhasil, saya ikut senang aja lihatnya juga. Dan semoga dia juga dengan dokumennya bisa ada lebih baik lagi kehidupannya, gitu," tandas Karni.

Sumber