Kasus Leptospirosis di Demak Meningkat Tahun Ini, Dinkes: Angka Kematian Menurun
DEMAK, KOMPAS.com - Kasus leptospirosis di Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng), mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
Zoonosis yang ditularkan melalui kencing tikus ini meningkat seiring masuknya musim hujan di Demak.
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Demak, dari Januari hingga Oktober 2024, terdapat 65 kasus dan 5 orang meninggal akibat leptospirosis.
Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Demak, Tri Handayani, menyatakan bahwa pada tahun 2023 terdapat 53 kasus leptospirosis.
"Kasusnya 53, tapi meninggalnya 6. Kalau sekarang (2024) 65, tapi kematiannya 5," kata Tri, saat ditemui di Dinkes Demak, Rabu (18/12/2024) sore.
Dia menilai, sedikitnya kematian dan banyaknya angka temuan kasus lebih baik dibanding sebaliknya.
"Kasusnya 53, tapi meninggalnya 6. Kalau sekarang (2024) 65, tapi kematiannya 5," ujarnya.
Selama November 2024, Tri mengeklaim belum menemukan kasus leptospirosis baru.
Namun, ia meminta masyarakat untuk mewaspadai dan menjaga kebersihan lingkungan.
Dia menambahkan, gejala leptospirosis biasanya mirip dengan penyakit lain, seperti demam, batuk-pilek, diare, hingga muntah, dengan ciri khas nyeri di bagian betis.
"Gejalanya itu mirip penyakit lain, ciri khasnya itu nyeri betis, sakit nyeri banget," ujarnya.
Meskipun begitu, untuk memperkuat diagnosis leptospirosis diperlukan rapid diagnostic test (RDT) dan pemeriksaan darah rutin.
Oleh karenanya, apabila masyarakat mengalami gejala yang dicurigai leptospira, bisa segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat.
Tri memastikan, 27 puskesmas yang ada di Demak bisa melayani dan memiliki fasilitas penanganan leptospirosis ringan.
"Semua faskes di Demak itu sudah bisa merawat pasien leto ringan, alat penunjang RDT saat ini juga sudah kita droping," kata dia.