Kata Akademisi Unsoed soal Program Makan Bergizi Gratis

Kata Akademisi Unsoed soal Program Makan Bergizi Gratis

PURWOKERTO, KOMPAS.com - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, menyatakan dukungannya terhadap program makan bergizi gratis yang kini mulai diterapkan di berbagai daerah.

Program ini diyakini dapat mengurangi angka stunting dan malanutrisi yang masih menjadi masalah serius di Indonesia.

Dosen Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Unsoed, Indah Nuraeni menjelaskan bahwa program serupa telah dilaksanakan pihaknya di tiga desa di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, pada tahun 2023.

"Kami membagikan makan bergizi gratis selama 16 minggu untuk mengatasi stunting di Desa Limbangan, Desa Karang Aren, dan Desa Kutasari," ungkap Indah dalam keterangan tertulis yang diterima pada Selasa (7/1/2025).

ANTARA FOTO/Makna Zaezar Ilustrasi Makan Bergizi Gratis. Seorang siswa memperlihatkan paket makanan bergizi pada pelaksanaan hari pertama Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMP Negeri 12 Semarang, Jawa Tengah, Senin (6/1/2025). Badan Gizi Nasional (BGN) mulai melaksanakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah sekolah untuk pelajar tingkat TK, SD, SMP dan SMA di Jawa Tengah yang bertujuan untuk mematangkan ketepatan waktu distribusi serta kecukupan kandungan gizinya. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/foc.

Sasaran dari program kolaborasi antara Unsoed, Asosiasi Ahl Gizi Indonesia (AIPGI), dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) saat itu adalah bayi di bawah dua tahun, bayi di bawah lima tahun, serta ibu hamil atau menyusui.

"Hasil dari kegiatan tersebut menunjukkan dampak positif, dengan peningkatan status gizi di semua sasaran dan penurunan angka stunting dari 26,4 persen menjadi 16,3 persen," jelas Indah, yang juga merupakan anggota Persatuan Ahli Teknologi Pangan Indonesia.

Namun, Indah menekankan bahwa untuk menyukseskan program makan bergizi gratis yang menjadi andalan Presiden Prabowo Subianto, diperlukan kerja sama lintas sektoral.

Ia juga menjelaskan bahwa menu dalam program ini dapat disesuaikan dengan ketersediaan pangan di masing-masing wilayah.

"Untuk daerah pantai, mungkin bisa menggunakan sumber protein yang tersedia dari laut yang melimpah. Jadi, menu tiap daerah akan berbeda," kata Indah.

Terkait susu sebagai pelengkap, Indah menyarankan agar dapat digantikan dengan bahan pangan lain yang memiliki nilai gizi setara dengan susu.

Ia menekankan pentingnya pemenuhan zat gizi seimbang dalam penyusunan menu, yaitu dari sumber karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan serat.

"Untuk siswa PAUD, TK hingga SD kelas III, dapat diberikan makan pagi karena jam sekolah yang berbeda dengan kakak kelasnya, dengan pemenuhan gizi 20-25 persen dari kecukupan gizi harian. Sedangkan untuk SD kelas IV-VI dan SMP sampai SMA/SMK, pemenuhan gizinya adalah makan siang dengan porsi 30-35 persen dari kecukupan gizi harian," jelas dia.

Indah juga menambahkan bahwa penting untuk memutakhirkan menu secara berkala untuk menghindari kebosanan.

"Karena bisa jadi akan terjadi kebosanan, baik dari siswa yang mengonsumsi atau dari pemasaknya dalam dua bulan berjalannya program. Sehingga perlunya pendampingan ahli gizi di tiap-tiap dapur," pungkasnya.

Sumber