Kemenag Akan Hidupkan Kembali Festival Istiqlal Setelah 30 Tahun Tak Digelar

Kemenag Akan Hidupkan Kembali Festival Istiqlal Setelah 30 Tahun Tak Digelar

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) berencana untuk menggelar kembali Festival Istiqlal setelah 30 tahun tidak dilaksanakan.

Rencana ini dibahas dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Road to Festival Istiqlal III," yang dihadiri oleh penyelenggara Festival Istiqlal I dan II, serta Staf Khusus Menteri Agama Farid Saenong.

"Festival Istiqlal ini (berpotensi) ditingkatkan menjadi event internasional seni budaya Islam Indonesia," ujar Farid Saenong dalam keterangannya pada Jumat (15/11/2024).

Ia menambahkan, Festival Istiqlal akan diperkaya dengan budaya masyarakat Indonesia dan akan menunjukkan kondisi kebatinan budaya Islam.

Farid berharap Festival Istiqlal dapat memengaruhi perkembangan seni budaya masyarakat Indonesia, khususnya dalam membangkitkan kesadaran akan pentingnya pelestarian nilai-nilai budaya lokal yang dipandu oleh semangat modernitas.

Selain itu, festival ini diharapkan menjadi wadah bagi para seniman untuk mengekspresikan karya mereka sekaligus mengajak masyarakat untuk lebih menghargai kekayaan seni budaya yang beragam di Indonesia.

Kasubdit Bina Penyuluh Agama Islam, Amirullah, menyampaikan bahwa rencana ini merupakan langkah awal untuk mengumpulkan masukan dari para ahli yang pernah terlibat dalam penyelenggaraan Festival Istiqlal sebelumnya.

"Untuk menghidupkan kembali Festival Istiqlal, kami memfasilitasi diskusi dengan narasumber dari penyelenggara terdahulu," ungkap Amirullah.

Ia menekankan pentingnya festival ini sebagai wadah pelestarian dan inovasi seni-budaya Islam, serta untuk memperkuat diplomasi budaya Indonesia di kancah internasional.

Festival Istiqlal pernah digelar sebanyak dua kali, yaitu pada 1991 dan 1995.

Festival ini menampilkan kekayaan budaya Islam Indonesia yang khas dan berfungsi sebagai simbol Islam di Asia Tenggara.

Festival Istiqlal akan tetap mempertahankan konsep yang menggabungkan seni-budaya tradisional dan modern, menjadikannya sebagai "rumah bersama" bagi beragam ekspresi budaya Islam, baik dari Indonesia maupun negara-negara Islam lainnya.

"Festival ini akan menjadi payung besar bagi keberagaman dan ekspresi budaya Islam yang melintasi batas-batas wilayah, tak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara," ujar Amirullah.

Sumber