Kemensos dan BKN Gelar Tes Pegawai Disabilitas Netra Pertama di Indonesia
JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) meninjau pelaksanaan penilaian kompetensi bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) penyandang disabilitas netra.
Penilaian ini menggunakan sistem Computer Assisted Competency Test (CACT).
Kegiatan ini digelar oleh Kementerian Sosial (Kemensos) bersama Badan Kepegawaian Negara (BKN) di Assessment and Development Center Kemensos.
Ini merupakan yang pertama kali dilakukan di Indonesia.
"Kita melihat secara langsung uji kompetensi atau talent pool untuk penyandang disabilitas netra. Mereka mengikuti CACT, yang kita sebut juga text-to-voice," kata Gus Ipul di Kantor Kemensos, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (24/12/2024).
“Jadi dari teks langsung langsung bisa dengar suara, dan ini yang pertama kali di Indonesia.“ ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Gus Ipul bertanya kepada salah satu PNS dari Sentra Wyata Guna Bandung, Yudi Winarmoko (48), tentang penggunaan sistem CACT.
Yudi mengaku bersyukur bisa menjalankan ujian Penilaian Kompetensi dengan baik.
"Lebih terbantu. Untuk mencari informasi dan tombol lebih mudah," kata Yudi.
Yudi juga mengungkapkan bahwa ini adalah pertama kalinya ia mengikuti tes tersebut.
Ia merasa kegiatan ini membuktikan bahwa penyandang disabilitas netra memiliki kompetensi.
Pria yang sudah 17 tahun menjadi PNS ini menyatakan tidak mengalami kendala saat menjalani ujian.
"Hanya (ada) jeda karena jaringan," ucapnya.
Ia juga tidak kesulitan mengoperasikan komputer dan aplikasi tersebut.
Aplikasi ini dilengkapi dengan soal yang dapat bersuara.
"Ini komputer bicara dilengkapi dengan handsfree. Apa yang ditulis berbunyi. Kita tinggal geser panah untuk menyatakan jawaban itu benar," jelasnya.
Sementara itu, Asesor SDM Aparatur Ahli Muda BKN Nur Rohmat mengatakan kegiatan ini adalah penilaian kompetensi pertama untuk PNS penyandang disabilitas netra.
Penilaian ini bertujuan untuk mengukur kompetensi PNS penyandang disabilitas netra.
"Untuk netra belum pernah ada, untuk penyandang disabilitas pernah dilakukan," kata Rohmat.
Ia menjelaskan perbedaan antara penilaian kompetensi netra dan lainnya.
Pada penyandang disabilitas netra, jenis soalnya berbentuk situasional, bukan studi kasus seperti lainnya.
"Tingkat kesulitannya sama," kata Nur Rohmat.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa penyandang disabilitas netra menggunakan headphone dan aplikasi agar suara dapat terdengar.
Sementara itu, PNS lainnya membaca soal secara langsung.
"Pendampingan lebih kepada teknis, seperti dibantu menginput NIP. Setelah itu, peserta mengerjakan secara mandiri," ucapnya.