Kenaikan PPN 12 Persen Pengaruhi Harga Makanan, Masyarakat Cermat Atur Pengeluaran

Kenaikan PPN 12 Persen Pengaruhi Harga Makanan, Masyarakat Cermat Atur Pengeluaran

JAKARTA, KOMPAS.com – Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen yang akan berlaku pada tahun 2025 bakal berdampak pada harga makanan dan minuman. Masyarakat pun mulai mencari cara untuk bertahan hidup dengan mengatur kembali pengeluaran sehari-hari.

Dwi (27), seorang warga Jakarta, mengatakan bahwa dengan kenaikan harga makanan akibat PPN, ia dan suami merasa terbebani, mengingat pendapatan mereka tidak mengalami peningkatan.

"Untuk saya yang baru nikah aja dan belum punya anak, mungkin sehari paling kecil beli makan dan minum itu Rp 100.000. Jadi kalau pajaknya naik di tengah pemasukan yang enggak naik, ya babak belur kita," kata Dwi kepada Kompas.com, Jumat (20/12/2024).

Sebagai solusi, Dwi memilih mengurangi alokasi dana untuk makanan ringan dan liburan demi menjaga kestabilan keuangan.

"Mungkin mengurangi kebiasaan makan di restoran karena biasanya aku sama suami setidaknya satu minggu sekali suka makan di restoran. Sama mungkin, saving untuk budget jalan-jalan, mau enggak mau juga dijadiin dana ‘jaga-jaga’ kalau uang makin kurang," tambahnya.

Senada dengan itu, Tasya (23), seorang perantau di Jakarta, juga merasa terpaksa menyesuaikan pengeluarannya.

Tasya memilih memprioritaskan kebutuhan pokok dan mengurangi pengeluaran untuk barang-barang sekunder.

"Kalau tabungan, saya usahakan untuk tetap. Tapi paling adjustment-nya ada di pengeluaran yang lain, pengeluaran yang enggak menyangkut kepentingan pokok."

"Hal-hal leisure yang mungkin nanti untuk beli semacam aksesori yang enggak perlu banget, itu bakal makin dipertimbangkan lagi ketika belanja," ungkapnya.

Elvita (25), perantau asal Padang, juga menghadapi tantangan serupa. Mengingat ia tidak dapat memasak di kosnya, ia harus mengalokasikan dana lebih besar untuk membeli makanan.

"Salah satunya memangkas kayak mungkin biasanya membeli skincare atau body care, ya lebih diminimalisir lagi. Lebih fokus buat ngalihin ke makanan," kata Elvita.

Elvita juga mengurangi pengeluaran transportasi dengan memilih menggunakan transportasi umum daripada menggunakan layanan ojek daring.

"Paling lebih sering naik transum (transportasi umum). Biasanya kan naik Gojek ke kantor, ya mau enggak mau harus naik busway, kereta, untuk bertahan hidup di Jakarta," tambahnya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman, mengungkapkan bahwa kenaikan PPN berpotensi meningkatkan harga makanan dan minuman.

"PPN ini kan berantai, karena ada margin masing-masing mata rantai sehingga akan akumulasi, ujung-ujungnya kalau saya perkirakan akan naik di tingkat konsumen itu sekitar 2-3 persen (kenaikan harga) akibat kenaikan PPN itu," kata Adhi saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (19/12/2024).

Adhi juga khawatir bahwa dampak dari kenaikan PPN ini dapat menyebabkan penurunan penjualan produk makanan dan minuman.

Meski belum dapat menghitung secara pasti, ia menekankan bahwa hal ini terjadi di tengah daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih.

Sumber