Kenang Pelajaran Politik dari Gus Dur, Muhaimin: Jangan Hakimi Orang

Kenang Pelajaran Politik dari Gus Dur, Muhaimin: Jangan Hakimi Orang

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengenang pelajaran politik yang didapatkan dari Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Ia mengungkapkan, Gus Dur selalu mengingatkan agar tak mudah menyalahkan pihak yang dianggap bersalah.

“Pembelajaran politik dari Gus Dur salah satunya adalah kita tidak pernah bisa menghakimi orang yang dianggap salah atau orang yang berdosa. Karena pada dasarnya setiap hari orang bisa berubah,” ujar Muhaimin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (13/12/2024) malam.

Ia mengaku saat menjadi aktivis di era Orde Baru sering kali menyalahkan orang atau kelompok tertentu.

Saat itu, Muhaimin sempat dipanggil dan mendapatkan teguran dari Gus Dur.

“Saya dulu ketika jadi aktivis, semangat menyalah-nyalahkan orang, semangat menyalah-nyalahkan kelompok lain, seolah-olah kita yang paling benar. Itu lalu ditegur oleh Gus Dur,” tuturnya.

“Salah satu teguran Gus Dur itu adalah, ‘Kamu jangan pernah mudah menghakimi orang lain, sementara orang yang kamu anggap salah setiap saat bisa berubah menjadi baik dan orang yang sudah baik belum tentu akan selamanya menjadi baik, karena itu jangan men-judge orang lain, tapi tunjukkan kebenaran dari dirimu,’ kira-kira begitu,” papar Muhaimin.

Diketahui bahwa Gus Dur meninggal pada 30 Desember 2009 dalam usia 69 tahun.

Selama hidupnya, Gus Dur dikenal selalu mengajarkan toleransi dan dekat dengan kelompok-kelompok yang termarjinalkan.

Salah satu kebijakan Gus Dur adalah mencabut Keppres Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.

Dengan pencabutan keppres tersebut, masyarakat Tionghoa memiliki kebebasan untuk mengekspresikan perayaan Imlek serta agama dan kebudayaannya.

Tak hanya itu, Gus Dur juga sempat mendatangi sastrawan Pramoedya Ananta Toer untuk meminta maaf atas peristiwa 1965.

Sumber