Kenapa Perayaan Natal Identik dengan Kue Jahe? Begini Sejarahnya
Perayaan Natal identik dengan roti atau kue jahe atau gingerbread cookies. Salah satu kue khas Natal ini biasa dibentuk menjadi figur orang, pohon Natal, hingga rumah-rumahan. Lantas, bagaimana sejarah kue jahe bisa menjadi kue khas identik saat perayaan Natal?
Menurut situs History, Ratu Elizabeth I dikenal sebagai sosok yang mempopulerkan dekorasi awal kue jahe, namun sejatinya orang Jerman mengklaim tradisi kue jahe ini. Dan ketika Grimm Bersaudara dari Jerman menulis kisah "Hansel dan Gretel", sebuah tradisi Natal baru pun lahir. Rumah penyihir dalam kisah Hansel dan Gretel menjadi inspirasi bagi kreasi kue jahe di seluruh Eropa dan Amerika Serikat lebih dari dua abad.
Mengutip dari The Guardian, tradisi menghias rumah kue jahe dimulai di Jerman pada awal tahun 1800-an. Konon dipopulerkan setelah dongeng "Hansel dan Gretel" karangan Grimm Bersaudara yang diterbitkan pada tahun 1812.
Dongeng asli karya Grimms ini memuat kalimat berikut "Ketika mereka mendekat, mereka melihat bahwa rumah itu dibangun dari roti, dan beratapkan kue, dan jendelanya terbuat dari gula yang tembus pandang." (Dalam versi selanjutnya, kata tersebut berubah menjadi kue jahe, bukan hanya roti.)
Terinspirasi oleh cerita tersebut, para pembuat kue Jerman kemudian mulai membuat rumah-rumah kecil yang dihias dari lebkuchen, biskuit madu yang dibumbui.
Masih mengutip dari The Guardian, asal-usul kue jahe sendiri sebenarnya tidak diketahui secara pasti. Diketahui bahwa akar jahe sendiri pertama kali dibudidayakan di Cina sekitar 5.000 tahun yang lalu, dan dianggap memiliki khasiat obat dan magis.
Kapan kegunaannya sebagai pengawet ditemukan masih belum jelas, tetapi beberapa sejarawan makanan mengatakan bahwa resep kue jahe yang pertama kali diketahui berasal dari sekitar tahun 2400 SM di Yunani. Ada pula yang menelusuri sejarahnya hingga tahun 992 Masehi, ketika biarawan Armenia Gregory dari Nicopolis diperkirakan mengajari para pembuat kue Kristen di Prancis cara membuatnya.
Referensi selanjutnya mencakup serikat pembuat kue jahe di Jerman, yang mungkin dibentuk pada abad ke-15 untuk melindungi hak-hak pembuat kue tertentu. Pada waktu yang hampir bersamaan, para biarawati di Swedia memanggang kue jahe untuk meringankan gangguan pencernaan.
Selanjutnya, kue jahe berbentuk figur sering dikreditkan ke istana Inggris. Disebut bahwa Ratu Elizabeth I yang mempopulerkannya, di mana biskuit dibuat dengan bentuk seperti tamu-tamu penting. Bahkan disebut dalam karya Shakespeare, "Love’s Labour’s Lost" pada tahun 1598 "And I had but a penny in the world, you should’st have it to buy gingerbread." (Dan aku hanya memiliki satu sen di dunia ini, engkau harus memilikinya untuk membeli kue jahe.)
Lalu pada abad-abad berikutnya, kue jahe berbentuk menjadi populer di seluruh Eropa, dengan figur dan model yang digunakan sebagai dekorasi jendela, atau diberikan sebagai hadiah pada hari raya keagamaan atau ulang tahun.