Kepala SMP Swasta di Bogor Akui Salah Satu Guru Aniaya Murid
BOGOR, KOMPAS.com - Dede Wahyu, kepala sekolah salah satu SMP swasta di Kota Bogor mengakui bahwa guru di sekolah yang ia pimpin berinisial H melakukan penganiayaan terhadap murid berinisial L (14).
“Pihak sekolah tidak menampik kejadian itu. Waktu hari Senin saya belum tahu kebenarannya, Rabu dapat kebenaran pemukulan seperti ini, kronologis seperti ini,” ucap Dede kepada Kompas.com, Rabu (30/10/2024).
Setelah mendapatkan pengakuan dari pelaku, pihak sekolah langsung menonaktifkan H dari aktivitas mengajar untuk sementara waktu.
“Pelaku mengakui (perbuatannya). Sebagai kepala sekolah, saya nonaktifkan sampai hari ini dirumahkan, sampai masalah ini selesai,” ungkap Dede.
Pihak sekolah juga meminta H bertanggung jawab atas perbuatannya.
Namun, Dede berharap kedua pihak bisa menyelesaikan permasalahan ini secara kekeluargaan.
“Ke depan bapak harus menanggung segala risiko tuntutan dari keluarga. Tapi, saran saya, kalau masih bisa diselesaikan secara kekeluargaan, selesaikan,” ujarnya.
Sebelumnya, pelajar SMP berinisial L (14) diduga menjadi korban penganiayaan oleh wali kelasnya berinisial H di sekolah swasta di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.
Kejadian ini dipicu karena L diduga mengobrol saat hadir dalam sebuah pertemuan, Senin (21/10/2024). Tindakan L dianggap H tidak patut, apalagi ia merupakan ketua kelas.
“Anak saya ngobrol di majelis, di belakang kursi. Karena anak saya ketua kelas, dipanggil oleh wali kelasnya, sambil dijewer bilang sebagai ketua kelas harus memberikan contoh yang baik,” ucap Ayah korban, Umar (39), saat ditemui Kompas.com, Selasa (29/10/2024).
Setibanya L di rumah, Umar mendapati anaknya mengalami memar di bagian mata.
Terkait ini, pihak sekolah awalnya menyampaikan bahwa L terjatuh di kamar mandi.
Namun, Umar mendapat informasi dari orangtua murid lain bahwa anaknya terluka karena mendapatkan kekerasan fisik hingga pingsan.
“Selasa, ada orangtua murid yang bilang anak saya bukan jatuh, tetapi dipukul sampai pingsan. Setelah pingsan, ditendang,” cerita Umar.
Pada Rabu (30/10/2024), pihak sekolah mengunjungi rumah Umar untuk menyampaikan permintaan maaf. Pihak sekolah mengakui bahwa mereka sempat memberikan informasi yang tidak benar terkait kejadian tersebut.
“Hari Rabu pihak sekolah datang dan minta maaf karena memberikan berita bukan yang sebenarnya,” ujarnya.