Keracunan Masal di Ponpes Kediri Lombok Barat, Pengurus Bungkam
LOMBOK BARAT, KOMPAS.com - Santriwati di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat mengalami keracunan massal.
Peristiwa terjadi setelah para santri melaksanakan ibadah shalat maghrib, Sabtu (7/12/2024) kemarin.
"Teman-teman dari Reskrim sedang melakukan penyelidikan," kata Kepala Polsek Kediri, AKP Jahyadi Sibawaih, Minggu (8/12/2024).
Menurut Jahyadi, keracunan massal tersebut diduga dipicu makanan yang dibawa orangtua para santri, atau pun makanan yang dijual di sekitar asrama pondok pesantren.
"Dugaannya kuat seperti itu, makanan yang dibawa orangtua dan jajanan di luar. Mereka boleh keluar kan saat kunjungan," ujar Jahyadi.
Terdapat 58 santri yang mengalami keracunan. Sebanyak 12 santri dilarikan ke Puskesmas Labu Api, 26 orang ke Rumah Sakit Gerung, 12 orang ke Narmada, dan sembilan orang ke Puskesmas Kediri.
Seluruhnya kini sudah kembali ke Pondok Pesantren, tersisa hanya dua di antara sembilan santriwati yang berada di Puskesmas Kediri.
Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi asrama putri itu, Minggu siang, terlihat bergantian para orangtua santri menjemput anak-anaknya.
Sementara, para pengurus pondok pesantren duduk tepat di depan pintu keluar asrama. Beberapa kali mereka terlihat adu argumentasi dengan orangtua santri yang khawatir akan keadaan anaknya.
Salah satu santriwati inisial W (16) yang baru saja keluar dengan muka lemas menenteng dua tasnya berisi pakaian dan sepatu.
"Tidak tahu (sebab penyakitnya), tiba-tiba sakit perut, mual, terus pusing," ujar W yang ditemani ayahnya.
Rasa sakit tersebut mulai terasa sewaktu W shalat berjamaah di mushala. Tidak hanya dia, teman-temannya juga merasakan hal yang sama. "Kami dibawa ke rumah sakit sehabis isya," kata W.
Sejak kejadian tersebut sampai berita ini diunggah, pengurus pondok pesantren bungkam dan tak bersedia buka suara terkait kejadian tersebut.
Sejumlah pengurus yang coba ditanya mengenai insiden ini menyebut hal itu menjadi kewenangan pimpinan ponpes.
Namun, saat ditanya apakah pimpinan bisa ditemui, mereka selalu menjawab pimpinan sedang tak berada di tempat.