Keren! SMP di Pedalaman Konkep Ini Pakai Barcode buat Absensi-Voting OSIS

Keren! SMP di Pedalaman Konkep Ini Pakai Barcode buat Absensi-Voting OSIS

Di pelosok Konawe Kepulauan (Konkep), tepatnya di SMP Negeri 1 Wawonii Timur, kemajuan teknologi telah membawa perubahan besar. Dari absensi barcode hingga pemilihan OSIS berbasis digital, sekolah ini menjadi bukti inovasi tetap bisa berkembang meski berada di daerah terpencil.

Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Wawonii Timur Ansarullah Thamrin Mardhan mengenang masa-masa awal bertugas menjadi guru pada tahun 2015. Saat itu, ia masih mengabdi di SMPN 2 Wawonii Utara. Saat itu masih belum ada akses internet sehingga kegiatan pembelajaran berjalan monoton.

"Kalau anak-anak belajar itu, kita tanya siapa yang punya HP. Itu paling satu dua orang yang punya. Itu pun dalam segi pemanfaatan itu tidak bisa mereka gunakan. Karena memang akses internet tidak ada," kenang Ansarullah kepada detikcom belum lama ini.

Perubahan mulai terjadi ketika internet akhirnya menjangkau wilayah tersebut. Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah Sistem Absensi Barcode (SABAR). Dalam sistem ini, setiap siswa memiliki kartu pelajar dengan barcode.

Setiap pagi, mereka memindai barcode untuk mencatat kehadiran. Data yang tercatat meliputi nama, foto, waktu kedatangan, dan jumlah hari kehadiran. Menurut Ansarullah, SABAR lebih dari sekadar mencatat kehadiran siswa tetapi juga membentuk budaya disiplin.

"Jadi kalau absensi barcode itu sangat berefek kepada siswa. Pertama itu dia karena kalau di scan, lewat waktunya (masuk sekolah) merah kan. Jadi ketika merah itu mereka rasa juga, duh saya terlambat nih. Jadi lama-lama pagi itu mereka harus berburu dengan absen itu, tetapi semakin lama itu terbiasa mereka bangun pagi. Pada akhirnya mereka meskipun tidak ada absensi itu, kadang-kadang mati lampu kan tidak ada akses PLN, mereka tetap datang pagi. Jadi terbentuk kebiasaan, membentuk kebiasaan awal," ceritanya.

Sistem ini juga memberikan poin tambahan bagi siswa yang datang lebih awal. Semakin cepat mereka datang, semakin tinggi poin yang didapat.

"Nah ini biasanya kita berikan penghargaan kepada tiga peserta didik yang namanya disiplin absensi. Jadi disiplin absensi terbaik 1, 2 dan 3," jelas Ansarullah.

Penerapan SABAR membawa dampak positif tidak hanya bagi siswa dan guru, tetapi juga komunitas sekolah secara keseluruhan. Orang tua mulai melihat perubahan nyata dalam kebiasaan anak-anak mereka. Meski belum sepenuhnya menggunakan jaringan internet, Ansarullah punya cita-cita untuk membangun aplikasi yang dapat menjangkau para orang tua murid.

"Kalau infrastruktur internetnya sudah bagus, ya tinggi lah, baru menjangkau semua pemukiman warga itu, itu semua bisa di-up ke internet supaya orang tua juga bisa lihat. Karena memang desain awalnya itu semua agar orang tua bisa lihat, cuman karena akses internetnya yang masih agak kurang kan, bukan hanya di sekolah tapi di penggunaannya aplikasi ini kan orang tua kan, nah itu masih agak sulit mungkin ada yang lihat, mungkin cuma 1-2 orang," kata Ansarullah.

Selain absensi, sekolah ini juga menerapkan digitalisasi perpustakaan. Dengan sistem ini, data kunjungan siswa dan sirkulasi buku dikelola menggunakan barcode. Setiap aktivitas tercatat, dari kunjungan hingga peminjaman buku.

"Kalau di sistem data base digital perpustakaan itu, yang kami onlinekan itu baru public access catalognya," jelasnya.

Inovasi lain yang tak kalah menarik adalah PILOTIK, singkatan dari Pemilihan OSIS Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Dalam sistem ini, siswa menggunakan kartu pelajar untuk memilih kandidat OSIS dengan memindai barcode.

"Itu sudah kita lakukan di hari Sabtu yang lalu, alhamdulillah itu terlaksana dengan baik," katanya.

Ke depan, Ansarullah berencana mengintegrasikan semua aplikasi tersebut dalam sebuah Sistem Manajemen Terpadu. Dengan sistem ini, data absensi, peminjaman buku, hingga nilai siswa dapat diakses secara online oleh orang tua.

"Jadi semua hasil, absensi siswa, hasil peminjaman bukunya di perpustakaan, kemudian mungkin nanti sistem penilaiannya itu bisa diakses oleh orang tua. Itu yang ke depan akan saya buat. Kalau buatnya offline, karena ini harus diakses oleh orang tua maka dia harus online karena disini kan sudah ada kan jaringan," pungkasnya.

Sebagai informasi, hingga saat ini terdapat total 119 layanan BAKTI AKSI (Akses Internet) yang telah dihadirkan BAKTI Komdigi untuk mendukung pemerataan akses informasi dan teknologi bagi masyarakat Wawonii. Layanan ini dibangun di berbagai tempat mulai dari sekolah, kantor publik hingga puskesmas.

detikcom bersama BAKTI Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengadakan program Tapal Batas untuk mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, dan pemerataan akses internet di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Ikuti terus berita informatif, inspiratif, unik dan menarik dari program Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!

Sumber