Keresahan Orangtua jika Anaknya Libur Sekolah Sebulan Saat Ramadhan...

Keresahan Orangtua jika Anaknya Libur Sekolah Sebulan Saat Ramadhan...

JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana pemerintah yang ingin meliburkan sekolah selama bulan Ramadhan 2025 mulai memunculkan keresahan orangtua murid.

Ada beberapa kekhawatiraan yang melintas di benaknya jika rencana pemerintah ini benar-benar terealisasi.

Salah satunya adalah Rinny (55), seorang ibu dari anak yang kini duduk di bangku kelas XI SMA.

Menurut dia, libur sebulan penuh terlalu panjang dan berpotensi membuat anak-anak malas belajar dengan menjadikan puasa sebagai alasan.

“Tidak semua anak itu auto menyibukkan diri dengan kegiatan positif, terlebih saat puasa bisa jadi alasan lemas dan malas,” ungkap Rinny saat ditemui di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (16/1/2025).

Kekhawatiran Rinny tidak tanpa alasan karena ia menilai waktu sebulan itu bisa dimanfaatkan untuk belajar.

"Karena tidak semua anak bisa cepat menangkap mata pelajaran dengan waktu yang sedikit," tambahnya.

Rasa yang sama juga diungkapkan Juju (48), seorang pedagang di Blok M, Jakarta Selatan.

Ia mengkhawatirkan anaknya yang saat ini duduk di kelas 1 SMP akan terjerumus ke hal negatif karena anaknya akan lebih banyak bermain jika sekolah diliburkan.

"Kalau enggak sekolah, dia cuma mikirin main-main doang. Kalau sekolah, kan tetap belajar, ada kegiatan," kata Juju saat ditemui di lapaknya, Rabu (15/1/2025).

Juju merasa kegiatan sekolah juga membantunya mengawasi anaknya, mengingat ia bekerja seharian.

"Enggak usah (libur) sama sekali. Biarin sekolah. Soalnya anakku kebanyakan main HP. Kalau sekolah, kan dia sibuk belajar," tegasnya.

Selain itu, ada pula kekhawatiran di Jakarta Utara terkait potensi tawuran antar kampung yang bisa muncul akibat libur panjang ini.

Mario (35), seorang orangtua di Tanjung Priok, Jakarta Utara, menegaskan, "Kan bisa terlibat tawuran antar kampung," saat diwawancarai Kompas.com, Kamis (16/1/2025).

Pemerintah merencanakan untuk meliburkan sekolah selama bulan Ramadhan 2025.

Rencana ini pertama kali disampaikan oleh Wakil Menteri Agama (Wamenag) Romo HR Muhammad Syafri.

Dalam konteks ini, pemerintah sedang mempertimbangkan tiga opsi mengenai pelaksanaan libur sekolah di bulan suci tersebut.

Pertama, libur penuh selama Ramadhan dengan fokus pada kegiatan keagamaan.

Kedua, libur sebagian, yakni beberapa hari di awal Ramadhan, kemudian masuk kembali hingga menjelang Idul Fitri.

Ketiga, tetap melanjutkan kegiatan belajar di sekolah seperti biasa.

Sejarah mencatat bahwa kebijakan serupa pernah diterapkan pada era pemerintahan Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang juga meliburkan sekolah selama satu bulan penuh saat Ramadhan.

Orangtua berharap agar pemerintah mengkaji kembali wacana libur sebulan ini. Terlebih, kata Rinny, bahwa yang bersekolah tidak hanya anak-anak muslim.

"Lagi pula, puasa bukan suatu halangan untuk melakukan kegiatan belajar," ujarnya.

Ia mengusulkan agar pemerintah mempertimbangkan opsi pengurangan jam belajar selama Ramadhan.

"Bulan puasa ya tetap berkegiatan seperti biasa, hanya waktu dipersingkat, pulang lebih cepat, dan bagi yang muslim bisa melakukan ibadah lainnya," jelas Rinny.

Alternatif lainnya, Rinny berpandangan, aktivitas bersekolah bisa didominasi dengan kegiatan rohani.

"Lebih banyak diisi dengan kegiatan keagamaan. Kalau di rumah, saya rasa enggak full mendapatkan edukasi yang seperti di sekolah," ucap Lia (33), ibu yang memiliki anak kelas 2 SD, Rabu.

Di sisi lain, pemerintah juga dinilai menerapkan libur separuh, di mana siswa belajar seperti biasa di awal bulan, dan libur saat menjelang Lebaran.

Sumber