Keributan di Bima Berakhir Damai, Berikut Informasi Lengkapnya...
BIMA, KOMPAS.com - Keributan yang terjadi akibat dugaan pelecehan seksual di Pasar Raya Tente, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), akhirnya berakhir dengan kesepakatan damai.
Hal itu diketahui dari pertemuan antara warga, baik pendatang dari Sumba maupun keluarga korban yang berlangsung di aula kantor Camat Woha pada Sabtu (18/1/2025) malam.
"Alhamdulillah, sudah berdamai tadi malam," ungkap Camat Woha, Irfan, saat dihubungi, Minggu (19/1/2025).
Irfan menjelaskan bahwa kesepakatan untuk berdamai dicapai setelah semua pihak menyampaikan pandangan dan harapan mereka.
Keluarga korban dan warga Desa Tente meminta agar warga Sumba menjaga keamanan dan ketertiban, serta tidak melakukan tindakan melawan hukum, terutama perbuatan asusila terhadap pengunjung Pasar Raya Tente.
Lebih lanjut, mereka juga meminta agar warga Sumba tidak bermukim di area Pasar Tente untuk sementara waktu, meskipun tetap diizinkan untuk beraktivitas atau mencari nafkah di pasar tersebut.
"Beraktivitas atau mencari makan di pasar silakan, tapi sementara waktu tidak boleh bermukim di sana," jelas Irfan.
Harapan dari warga setempat dan keluarga korban pelecehan seksual ini, menurut Irfan, telah diterima dengan baik oleh warga Sumba demi kebaikan bersama.
Sementara itu, warga Sumba juga menyampaikan harapan agar sepeda motor dan perabotan rumah tangga yang menjadi sasaran amukan warga dapat diganti.
Irfan menambahkan bahwa harapan ini telah disampaikan kepada pemerintah daerah, dan upaya untuk proses penggantian akan dilakukan.
"Dari bupati insyaAllah akan memikirkan untuk melakukan penggantian atau memberikan uang pengganti motor itu," imbuhnya.
Dengan tercapainya kesepakatan damai ini, pada Minggu (19/1/2025) pagi, warga Sumba sudah dapat kembali beraktivitas di pasar, meskipun harus bermukim di luar area pasar.
"Mereka sudah bisa mulai kembali beraktivitas pagi ini," kata Irfan.
