Ketika Para Jomblo Dikalahkan Ikan Tuna
Sakit hati jiwa raga melihat, menyaksikan, dan mendengarkan Jin BTS melamar ikan tuna. Meskipun lagu tersebut istilahnya just for fun sesuai gaya Jin yang kita kenal selama ini, tetapi tetap saja para wanita sejati merasa kalah dengan ikan tuna. Mana ikan tunanya pakai acara blushing segala waktu dilamar. Gara-gara lamaran yang out of the box tersebut, maka ramai-ramai orang-orang bertanya ke Google bagaimana caranya menjadi ikan tuna. Menjadi ikan tuna yang dilamar Jin BTS.
Meskipun sedang kesal dengan ikan tuna, diharapkan membacanya harus runut sampai akhir, jangan dibiasakan membaca yang istilahnya hanya alfa omega alias awal dan akhir saja. Mempunyai status jomblo akut memang sangat memberatkan jiwa dan raga. Menghadiri pernikahan siapapun menjadi siksaan paling mengerikan dan menjadikan trauma tersendiri bagi para jomblo sejati nan akut. Terutama untuk jomblo yang berjenis kelamin perempuan. Benar-benar menyita perasaan dan harga diri. Apalagi ada survei bahwa populasi kaum wanita lebih banyak dari kaum pria. Belum lagi sekarang marak hubungan sesama jenis alias LGBT; makin tergeruslah kesempatan untuk mendapat jodoh karena semakin banyak saingan. Sampai-sampai ada istilah wanita menyukai pria kekar tetapi pria kekar belum tentu menyukai wanita. Haduh, terpotek hati ini mendapat saingan wanita jadi-jadian dan laki-laki miss orientasi. Belum lagi yang tidak terang-terangan bin abu-abu. Sehingga saingan perempuan saat ini di samping perempuan lain juga laki-laki lain. Betapa harapan semakin tipis.
Selain menghadiri pernikahan, acara kumpul keluarga juga menjadi momen yang menyebalkan dan bikin ‘darti’ alias darah tinggi plus trauma. Karena pertanyaan seputar jodoh dan menikah pasti terlontar dari mulut-mulut yang tidak pernah mengalami menjadi jomblo. Mulut-mulut yang tidak pernah mengalami susahnya menggaet gebetan karena daya saing yang minim meskipun sudah berjuang dengan maksimal dan mati-matian sampai mau mati beneran rasanya karena yang daya jualnya tinggi saja banyak juga yang masih single. Lambe turah istilahnya untuk orang-orang nyinyir yang terus-menerus mengurusi jodoh orang. Belum lagi komentar rekan kerja, relasi, atau kenalan. Banyak yang prihatin, banyak yang mendoakan, tetapi ada juga yang mengkritik. Ada berapa berusaha menjodohkan, ada beberapa yang memberi saran, tetapi tetap saja tak tembus-tembus dan berakhir dengan kegagalan. Waktu berlalu status masih saja jomblo akut.
Nah, ada lagi, ini yang bikin banget males datang bagi para jomblo sejati, yaitu kalau ada acara reuni sekolah, baik itu reuni tingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Males banget datang. Pasti pertanyaan universalnya, anak sudah berapa? Lha nikah saja belum sudah ditanya anak. Pertanyaan tersebut seolah untuk test case saja, untuk mengetahui secara halus sudah menikah atau belum. Kecuali kalau ada yang punya anak tanpa nikah. Itu lain kasus.Melihat kawan-kawan zaman baheula sudah pada bawa pasangan dan anak, rasanya sakitnya tuh di mana-mana. Ya sakit mata, sakit hati, sakit jiwa iya juga. Bagaimana tidak sakit mata setiap saat meliat pasangan pamer kemesraan –bukankah salah satu tujuan reuni untuk pamer? Sakit hati jelaslah, begitu melihat saingan pada masa lalu sudah sukses beranak pinak. Bisa sakit jiwa kalau menanggapi mantan yang sudah punya yang halal masih mau nambah koleksi sebagai konco wingking. Busyet!
Sebenarnya menjadi jomblo juga bukan kehendak dan pilihan siapapun. Segala daya dan upaya sudah dilakukan, mulai dari cara konvensional dengan jalan dijodohkan, memakai jasa mak comblang sampai cara muktahir, ikut Tinder sampai eksis di medsos, tetapi tetap saja tidak ada yang nyantol. Cuma menjadi korban segalanya, ya korban waktu, perasaan, juga korban finansial. Padahal kondisi finansial sedang tidak fit. Maksud hati mencari cukong tambang batu bara yang didapat malah sakit hati yang membara.Tetapi semua penderitaan di atas belum seberapa dibandingkan ketika mendengar pernyataan sedih dan menyanyat hati dari orangtua karena anaknya belum bertemu jodoh pada usia yang sudah matang. Betapa hati ini teriris-iris dan merinding mendengar orangtua tersayang merasakan hal seperti itu. Bukan salah mereka, cuma salahnya lahir di tempat yang menikah itu suatu keharusan. Kalau anak tidak menikah itu menjadi sebuah aib dan tidak lazim.
Tetapi begitu membaca sebuah artikel yang memuat tentang artis terkenal yang belum lama ini meninggal dunia, yang salah satu keinginannya yaitu mempunyai besan terus mempunyai cucu dan keinginan tersebut belum terwujud sampai beliau meninggal dunia, maka agak sedikit terhiburlah kaum mendang mending ini. Ternyata masalah kesulitan mencari jodoh itu tidak hanya terjadi di kalangan rakyat jelata tetapi di lingkungan yang glamor pun terjadi juga.
Maka semenjak membaca artikel tersebut muncullah ide untuk menjawab pertanyaan mengenai jodoh dan kapan menikah. Jawaban yang jitu adalah, kalau mengetahui di mana kediaman dan rumah jodoh saya maka saat ini juga akan saya datangi, kalau perlu saya yang datang melamar kalau memang dia jodoh yang selama ini menghilang. Dan, kata-kata itu harus diucapkan dengan intonasi berapi-api seperti pidato Bung Karno ketika mengucapkan sekali merdeka tetap merdeka. Bisa dipastikan semua orang pasti trauma menanyakan hal tersebut. Memangnya hanya mereka saja yang bisa membikin trauma dan darah tinggi dengan pertanyaan soal jodoh! Akhirnya tiba saatnya kaum jomblo bisa membuat serangan balik dengan ugal-ugalan dan bermartabat plus berkelas. Meskipun masih sakit hati sama si tuna.Nuratri penggemar K-pop