Khawatir Serangan Hizbullah, Kabinet Netanyahu Rapat di Ruang Bawah Tanah
Rapat kabinet pemerintahan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (28/10) digelar di sebuah lokasi bawah tanah yang aman di kompleks pemerintahan yang ada di Yerusalem, bukan di Kantor PM Israel seperti biasanya. Pemindahan lokasi rapat kabinet ini didasari oleh alasan kekhawatiran keamanan.
Keputusan untuk menggelar rapat kabinet di lokasi bawah tanah itu, seperti dilansir The Times of Israel, Selasa (29/10/2024), direkomendasikan oleh badan keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet.
Disebutkan juga, bahwa pemindahan lokasi rapat kabinet ini dilakukan di tengah meningkatnya ancaman terhadap para pejabat senior Israel, dan menyoroti serangan drone Hizbullah di kediaman Netanyahu beberapa waktu lalu.
Sejumlah sumber pemerintahan Israel mengatakan kepada media lokal bahwa langkah tersebut tidak akan terjadi satu kali saja, dan sejumlah rapat kabinet lainnya diperkirakan akan digelar di beberapa lokasi yang berbeda-beda dalam waktu dekat karena kekhawatiran keamanan yang sama.
Para menteri yang menghadiri rapat itu telah diberitahu tentang keputusan itu pada Senin (28/10) pagi, dan diberitahu juga bahwa para penasihat mereka tidak akan diizinkan masuk karena keterbatasan tempat.
Dalam serangan yang terjadi dua pekan lalu, tiga drone diluncurkan dari Lebanon untuk menyerang kediaman pribadi Netanyahu di Caesarea, area pesisir utara Tel Aviv. Dua drone di antaranya berhasil dicegat di Rosh Hanikra dan Nahariya, sedangkan satu drone lainnya meledak di atas sebuah rumah di kota pesisir tersebut.
Netanyahu dan istrinya sedang tidak ada di rumah saat serangan drone terjadi. Dilaporkan tidak ada korban luka akibat serangan tersebut.
Hizbullah, dalam pernyataan yang dirilis beberapa hari usai serangan, telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone itu.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Selain serangan drone Hizbullah, beberapa waktu terakhir para pejabat senior Israel semakin menjadi target Iran dan proksinya, mencakup Hizbullah dan Hamas.
Otoritas keamanan Tel Aviv juga telah melakukan banyak penangkapan terhadap individu-individu di Israel, yang disebut dipekerjakan oleh Iran untuk melakukan aksi spionase dan teror, termasuk pembunuhan.
Teheran semakin meningkatkan ancaman terhadap Tel Aviv setelah militer Israel menyerang target-target militer Iran pada 26 Oktober lalu, untuk membalas serangan rudal pada awal bulan ini.
Panglima Garda Revolusi Iran, Hossein Salami, telah memperingatkan bahwa "konsekuensi pahit yang tidak terbayangkan" akan dirasakan Israel usai serangan itu.