Kinerja Ekspor Korea Selatan di Bawah Ekspektasi, Pertumbuhan Ekonomi Terancam
Bisnis.com, JAKARTA - Momentum ekspor Korea Selatan melambat pada Oktober 2024. Hal ini menjadi tanda permintaan terhadap produk-produk utama termasuk semikonduktor diperkirakan mulai berkurang.
Perlambatan kinerja ini meningkatkan kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi jelang pemilu AS yang menambah ketidakpastian bagi negara yang bergantung pada perdagangan tersebut.
Data dari Kantor Bea Cukai Korea Selatan pada Jumat (1/11/2024) menyebut, ekspor yang disesuaikan dengan perbedaan hari kerja turun 0,2% pada Oktober dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, ekspor utama meningkat sebesar 4,6%, lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya.
Selanjutnya, kinerja impor meningkat sebesar 1,7%, menghasilkan surplus perdagangan sebesar US$3,2 miliar.
Data yang lemah ini menggarisbawahi risiko terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Korea Selatan. Dengan konsumsi dalam negeri yang tidak stabil, negara ini mengandalkan permintaan eksternal untuk mendorong aktivitas tahun ini.
Angka-angka tersebut memberi Bank of Korea insentif tambahan untuk mempercepat siklus pelonggaran setelah kebijakannya beralih ke penurunan suku bunga pada bulan lalu.
Data terpisah dari Kementerian Perdagangan Korea Selatan menyebut, produk minyak sebagian besar membebani ekspor keseluruhan pada bulan Oktober, dengan pengiriman anjlok 34,9% dari tahun sebelumnya karena harga minyak bumi turun.
“Laporan utama tersebut meremehkan kelemahan tersebut — tanpa dorongan dari distorsi kalender, perlambatan ekspor akan lebih tajam. Jika efek tersebut dihilangkan, pengiriman harian rata-rata menurun dari tahun sebelumnya untuk pertama kalinya sejak September 2023," jelas ekonom Bloomberg Economics, Hyosung Kwon, dikutip dari Bloomberg pada Jumat (1/11/2024).
Permintaan chip memori yang digunakan dalam pengembangan kecerdasan buatan telah mendukung ekspor dan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan tahun ini.
Sebagai negara penghasil chip memori terbesar di dunia, negara ini juga berfungsi sebagai barometer aktivitas ekonomi global, karena perangkat-perangkatnya merupakan komponen integral dalam berbagai produk, mulai dari komputer hingga telepon pintar.
Permintaan dari AS dan China merupakan kunci momentum ekspor. AS telah menjadi pembeli besar produk-produk Korea Selatan tahun ini, termasuk chip memori bandwidth tinggi yang digunakan perusahaan seperti Nvidia untuk merakit chip AI.
Perdagangan global, yang sangat diandalkan oleh Korea Selatan untuk menghasilkan pendapatan, kemungkinan akan mengalami perubahan tergantung pada siapa yang memenangkan pemilu AS minggu depan. Korea Selatan adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap ketegangan perdagangan antara AS dan China karena ekspor menopang pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Perusahaan-perusahaan besarnya juga mengoperasikan pabrik di kedua negara, termasuk Samsung Electronics Co., yang telah memenangkan subsidi miliaran dolar dari AS untuk membangun pabrik di Texas.
Kondisi di China kurang menguntungkan tahun ini karena perekonomian terus melemah akibat kemerosotan pasar properti. Beijing meluncurkan serangkaian langkah stimulus ekonomi dalam beberapa bulan terakhir, dan Korea Selatan akan mendapatkan keuntungan jika langkah-langkah tersebut terbukti efektif.
Ekspor Korea Selatan secara riil turun pada kuartal lalu, sehingga mendorong para pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi mereka pada tahun 2024. Gubernur BOK, Rhee Chang-yong mengatakan pertumbuhan produk domestik bruto bisa mendekati 2,2%.
BOK akan mengumumkan proyeksi pertumbuhan terbarunya ketika mengadakan pertemuan kebijakan pada akhir November.
Dewan BOK mengurangi suku bunga utama menjadi 3,25% bulan lalu setelah Federal Reserve beralih ke siklus pelonggaran dengan pemotongan besar-besaran pada bulan September dalam upaya merekayasa soft landing bagi perekonomian.