Kiprah Desa Sidowarno Lestarikan Budaya Wayang Kulit Didukung UNESCO

Kiprah Desa Sidowarno Lestarikan Budaya Wayang Kulit Didukung UNESCO

KLATEN.KOMPAS.com - Gelak tawa pria paruh baya beradu dengan suara tatah yang membentuk pola wayang, dari Punakawan, Gatotkaca, hingga Rama Shinta.

Itulah potret keseharian masyarakat di Dukuh Butuh, Desa Sidowarno Klaten yang bermatapencaharian sebagai perajin wayang.

Wayang menjadi warisan turun temurun bagi masyarakat Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Klaten. Sebagian masyarakat mulai menggeluti pekerjaan sebagai perajin wayang lima tahun setelah Kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 1950.

Seiring waktu, masyarakat setempat berupaya mengembangkan keahlian mereka dengan membentuk Kelompok Usaha Bersama (Kube) Bima pada tahun 2009.

Kube Bima menjadi wadah masyarakat untuk berbagi ide mengenai produk wayang, pembuatan, sampai memasarkan karya buatan mereka.

KOMPAS.com/Elizabeth Ayudya Perajin wayang di Desa Wisata Wayang Sidowarno Klaten sedang melukis wayang kulit yang ia produksi

Tak tanggung-tanggung. Sederet dalang kenamaan Indonesia seperti Ki Anom Suroto, Ki Bayu Aji Pamungkas, almarhum Ki Manteb Sudarsono, almarhum Ki Seno Nugroho, almarhum Ki Enthus Susmono, turut memesan dan menggunakan wayang produksi warga Desa Sidowarno demi memeriahkan pagelarannya.

Ketekunan warga dan perajin berbuah manis, Desa Wisata Wayang Sidowarno terpilih menjadi desa binaan Astra Internasional dalam program Kampung Berseri Astra (KBA) pada tahun 2018.

Fasilitator Kampung Berseri Astra Wahyu Tri menjelaskan, ada empat program utama yang dijalankan, yaitu pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan wirausaha.

"Pendampingannya itu bukan melulu terkait soal dana atau uang tapi bagaimana kehadiran Astra ini sebagai partner atau relasi untuk mengembangkan bukan untuk memperdaya tapi memberdayakan masyarakat," ujar Wahyu Tri kepada Kompas.com, Rabu (6/11/2024).

Wahyu menambahkan, Desa Sidowarno mendapat pendampingan secara langsung oleh para profesional dari Astra, seperti budayawan dan lembaga swadaya masyarakat.

Para perajin di Desa Sidowarno dibimbing untuk melakukan inovasi kewirausahaan dengan tidak hanya membuat wayang kulit untuk pertunjukan namun juga kerajinan tangan seperti gantungan kunci, pembatas buku, dan pigura foto.

Selain itu, pembelajaran tatah sungging atau memahat kulit kerbau hingga berbentuk tokoh wayang untuk para pelajar yang ada di kawasan Desa Sidowarno dilaksanakan secara rutin.

Lingkungan Desa Sidowarno saat ini menjadi lebih bersih dan nyaman sejak Astra membuat bank sampah yang nantinya bisa didaur ulang menjadi barang yang lebih berguna dan bernilai ekonomi.

Semua program Astra yang dijalankan di Desa Sidowarno akhirnya akan merujuk pada tujuan utama menjadi Desa Wisata yang melestarikan budaya wayang kulit untuk generasi muda.

KOMPAS.com/Elizabeth Ayudya Perajin wayang di Desa Wisata Wayang Sidowarno Klaten sedang memahat alat-alat untuk membuat wayang kulit, Kamis (7/11/2024)

Pengenalan budaya wayang menjadi fokus utama Desa Wisata Wayang Sidowarno dalam membidik wisatawan dalam negeri maupun asing.

Biasanya, ada seorang pemandu yang mengajak wisatawa untuk melihat proses pembuatan wayang kulit, dimulai dari pengerokan kulit kerbau sebagai bahan baku pembuatan wayang, pemahatan atau pengukiran wayang sesuai bentuk tokohnya, melukis atau memberi warna pada wayang, sampai tahap finishing atau siap digunakan dalam pertunjukan.

Selain wayang kulit, Desa Wisata Sidowarno juga menyuguhkan panorama alam pedesaan yang indah.

Pengunjung bisa berkeliling desa menggunakan sepeda onthel, membuat jamu tradisional, kemudian ditutup dengan menyantap sajian khas Desa Sidowarno di pinggir Sungai Bengawan Solo.

Desa Wisata Wayang Sidowarno tercatat mengantongi sejumlah penghargaan, seperti juara IV Kategori Souvenir dan termasuk dalam 75 Desa Wisata Terbaik Tingkat Nasional pada ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia atau ADWI 2023 yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

KOMPAS.com/Elizabeth Ayudya PKK Desa Sidowarno menampilkan olahan khas kampungnya untuk dijadikan oleh-oleh di Desa Wisata Wayang SidowarnoSelain mengenalkan wayang, Desa Wisata Wayang Sidowarno juga memberdayakan ibu-ibu PKK dalam membuat makanan dan kerajinan khas desa untuk oleh-oleh, memberikan pelatihan tari untuk anak-anak, dan mengoptimalkan mengoptimalkan bank sampah agar kampung tetap bersih.

Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporawar) Klaten, Sri Nugroho S.IP M.M mengatakan bahwa pemerintah Kabupaten Klaten turut mendukung dan memotivasi upaya Desa Wisata Wayang Sidowarno dalam merawat dan melestarikan wayang kulit.

"Desa Wisata Wayang ini harus kita jaga. Jangan sampai berhenti atau kata orang jawa ‘obor-obor blarak’, harus benar-benar kita rawat apalagi untuk generasi muda perlu pemahaman sejarah lokal kita seperti wayang ini agar tidak punah," ujar Sri Nugroho.

Kini, Desa Sidowarno mengusung misi keberlanjutan dengan mengenalkan budaya sekaligus proses pembuatan wayang kepada generasi muda.

Wayang adalah seni pertunjukan yang kental dengan entitas Jawa. Selain menampilkan hiburan, pertunjukan wayang kaya akan nilai moral kehidupan.

Sadar akan nilai tersebut, para perajin di Desa Sidowarno ingin mengenalkan budaya Wayang kepada generasi muda.

Salah satu koordinator Desa Wisata Wayang Butuh, Sunardi Baron, menyampaikan beberapa upaya untuk menularkan semangat melestarikan kebudayaan dengan mengenalkan wayang sejak dini.

KOMPAS.com/Elizabeth Ayudya Koordinator Desa Wisata Wayang Sidowarno Sunardi Baron (berdiri) mengamati proses tatah sungging wayang oleh perajin wayang kulit.

Bersama relawan Desa Wisata Wayang Sidowarno, Baron terjun langsung ke sekolah-sekolah yang dimulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk mengenalkan seni wayang kulit dan proses pembuatannya.

"Saya menemui pihak sekolah untuk mendorong agar wayang kulit ini bisa masuk kegiatan ekstrakurikuler atau sebagai mata pelajaran tambahan, supaya anak-anak ini tidak melupakan warisan budaya wayang kulit dan ketika saya dan kawan-kawan sudah purna nanti ada regenerasinya," kata Baron Wayang.

Menariknya, anak-anak hingga remaja di Dukuh Butuh, Desa Sidowarno cukup antusias dan tertarik mengenal budaya wayang.

Disampaikan oleh Saiman Ahmad Sahroni, perajin wayang Desa Sidowarno, pemuda dan pemudi setempat mulai menunjukkan keingintahuan dan minat mereka dalam produksi wayang kulit.

"Mereka (anak-anak) menyempatkan membantu ketika saya membuat wayang kulit. Mereka lalu menceritakan pengalaman itu ke teman-temannya di sekolah," kata Saiman.

Tidak hanya di Dukuh Butuh, para perajin dan relawan juga berupaya mengenalkan budaya wayang kepada siswa-siswi di desa lain dengan mengunjungi sekolah-sekolah sekitar.

KOMPAS.com/Elizabeth Ayudya Direktur UNESCO Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa mengapresiasi dan mendukung keberlanjutan Desa Wisata Wayang Sidowarno

Direktur UNESCO Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa mengatakan, hadirnya Desa Wisata Wayang Sidowarno dapat membuka mata dunia untuk mengetahui keindahan pertujukan wayang sekaligus proses pembuatan wayang kulit yang menantang.

"Saya bersyukur karena mendapat pengalaman yang sangat bernilai saat melihat langsung cara pembuatan wayang kulit yang ternyata sangat panjang, melibatkan banyak orang, membutuhkan dedikasi sehingga kini saya bisa mengapresiasi wayang lebih mendalam lagi," ujar Maki Katsuno kepada Kompas.com, saat menghadiri workshop di Desa Wisata Wayang di Hari Wayang Nasional, Kamis (7/11/2024).

Maki juga mendukung upaya Desa Wisata Wayang Sidowarno demi melestarikan nilai-nilai budaya dalam seni pembuatan wayang kulit kepada generasi muda agar tidak punah.

"Hubungan antar warga di sini sangat luar biasa dalam pengembangan wisata wayang kulit termasuk bagaimana anak-anak kecil diikutsertakan agar mereka tidak melupakan bahwa wayang kulit adalah suatu (budaya) yang besar," imbuhnya.

Ketua Harian Komisi Nasional untuk UNESCO, Dr. Itje Chodidjah, M.A berpendapat, seluruh kegiatan yang ada di Desa Wisata Wayang menjadi bukti bahwa kesejahteraan bisa terjadi kalau masyarakat sekitar sadar akan potensi yang ada.

"Ketika UNESCO mengenkripsi warisan budaya maupun alam baik benda maupun tak benda, harapannya itu adalah untuk kesejahteraan kehidupan masyarakat. Namun kesejahteraan ini bukan melulu soal finansial ya, ketenangan batin masyarakat saat merasa senang, ada yang mengapresiasi potensi yang dimiliki, itu juga termasuk kesejahteraan," kata Chodidjah.

Berbekal dukungan dan dorongan semangat dari berbagai pihak, Desa Wisata Wayang Sidowarno memantapkan langkah mereka demi keberlanjutan budaya wayang pada generasi mendatang.

Sumber