Kisah Durian Cumasi Khas Bangka, Daging Tebal dengan Aroma Menyengat...

Kisah Durian Cumasi Khas Bangka, Daging Tebal dengan Aroma Menyengat...

BANGKA, KOMPAS.com - Cumasi, durian khas daerah Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, membanjiri pasar sejak akhir tahun lalu.

Durian dengan aroma menyengat ini telah dikirim ke berbagai provinsi, bahkan hingga kini permintaan terus mengalir.

"Cumasi adalah durian unggulan Bangka Belitung, jenis ini yang kami kirim paling banyak ke Jakarta, Medan, dan Kalimantan," kata Hans, pedagang durian Cumasi, saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (7/1/2024).

Hans menuturkan, selain membuka lapak di daerah Air Mesu, Bangka, durian Cumasi juga rutin dikirim ke luar daerah.

Harga yang terbilang tinggi tak menyurutkan niat para pencinta durian untuk menikmati kelezatan Cumasi.

"Kalau masa panen saat ini, harganya mencapai Rp 250.000 per kilogram, pada panen sela bisa mahal lagi," kata Hans.

Ciri khas Cumasi ialah berupa daging buah yang tebal dengan warna kuning muda.

Aroma Cumasi yang menyengat akan mengalahkan aroma durian biasa yang dipajang di sebelahnya.

Hans mengisahkan, Cumasi berasal dari bahasa Hakka yang berarti kotoran babi betina.

Nama lain Cumasi ialah durian Namlung, merujuk pada nama orang pertama yang mengenalkan pohon indukan Cumasi dari wilayah Parittiga, Jebus, Bangka Barat.

Konon dulunya pohon indukan Cumasi tumbuh subur dekat sebuah kandang babi.

"Pemilik pohon indukan pertama, Namlung, telah menjadikan Cumasi sebagai varietas unggulan sekitar tahun 1990-an," kata Hans.

Saat ini, Hans selain berdagang durian, juga mengembangkan pohon durian Cumasi di kebunnya.

"Panen kami masih sedikit, jadi banyak ambil dari kebun teman di Bangka Tengah dan Bangka Barat," ujar Hans yang akrab disapa Koko Duren.

Sementara itu, tokoh masyarakat Bangka Belitung, Bahar Buasan, yang sekaligus pembudidaya Cumasi, mengatakan durian ini menjadi potensi ekonomi daerah.

"Ada dua jenis durian unggulan di Indonesia, yakni Cumasi dan super tembaga, keduanya bermula dari Bangka Belitung," ujar Bahar.

Budidaya Cumasi, kata Bahar, membutuhkan pH tanah 6 sampai 7 persen.

KOMPAS.com/HERU DAHNUR Durian Cumasi atau Namlung khas Bangka Belitung, Selasa (7/1/2025).

Kondisi tanah Bangka Belitung yang cenderung asam sehingga diperlukan tambahan dolomit atau abu dan arang sisa pembakaran kayu.

"Masa panen maksimal pada umur enam tahun, ada juga yang lebih awal, biasanya masih buah yang masih coba-coba," ujar Bahar.

Dia mengingatkan, durian Cumasi, sebagaimana lazimnya pohon buah, sangat membutuhkan perawatan, terutama kecukupan air.

"Ada yang bilang no water no durian, jadi pasokan air harus cukup," kata dia.

Selain itu, perlu dilakukan pemangkasan cabang dan tandan agar nutrisi bisa diserap lebih maksimal untuk pembuahan.

"Bangka Belitung sebagai daerah panas bisa tumbuh durian dengan kualitas tinggi. Ini harus dimanfaatkan dan dikelola masyarakat dengan baik," kata Bahar.

Bibit durian Cumasi saat ini telah diperbanyak dengan berbagai metode seperti okulasi dan sambung batang.

Penanaman pun dilakukan sampai ke Bogor dan Kalimantan.

Sumber