Kisah Eks Pekerja Migran Bambang Sutrisno, Terapkan Ilmu di Korea untuk Kelola Usaha

Kisah Eks Pekerja Migran Bambang Sutrisno, Terapkan Ilmu di Korea untuk Kelola Usaha

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Dari seorang pekerja migran Indonesia (PMI) di Korea Selatan, Bambang Sutrisno kini sukses menjadi pemilik usaha "Jempol Food" yang mempekerjakan 40 karyawan.

Produk-produknya yakni kulit pangsit, rolade ayam, dimsum, dan mie telur, kini tersebar di berbagai supermarket di Pulau Jawa. Kesuksesan Bambang tidak datang begitu saja.

Pengalaman bekerja di Korea, berpindah-pindah tempat kerja, memberinya banyak pelajaran berharga, terutama dalam pengelolaan usaha secara profesional.

"Saya itu menyerap ilmunya orang Korea, caranya mengelola usaha seperti ini lho. Ya saya terapkan," ungkap Bambang saat ditemui di kantor Jempol Food di Sleman, Sabtu (11/01/2025).

Di Korea, Bambang melihat UMKM dengan hanya lima karyawan pun memiliki struktur manajemen yang profesional, lengkap dengan akuntansi dan sistem kerja yang terorganisasi.

“Walaupun karyawannya cuma lima orang, mereka ada strukturnya, terus ada kantornya, ada akuntansinya. Saya juga meniru itu,” jelasnya.

Bambang tak hanya meniru sistem manajemen, tetapi juga menerapkan perlindungan dan kesejahteraan karyawan yang ia pelajari selama bekerja di Korea.

Jempol Food memberikan berbagai fasilitas kepada karyawan, mulai dari dana pensiun, BPJS lengkap, hingga tunjangan skill dan jabatan.

“Dana pensiun ditabung di tabungan emas Pegadaian atas nama karyawan sendiri. Setiap bulan, karyawan memiliki tabungan emas senilai Rp 400 ribu, separuh dari perusahaan, separuh dari karyawan,” ungkapnya.

Bambang juga memberikan THR setara satu bulan gaji, hadiah ulang tahun sebesar Rp 300 ribu, dan bantuan cuma-cuma sebesar Rp 5 juta untuk kebutuhan mendesak seperti pernikahan.

“Karyawan yang ingin beli motor juga dilarang kredit. Motor akan dibelikan perusahaan dengan sistem potong gaji,” tambah Bambang.

Kualitas Produk sebagai Prioritas Utama

Seiring berjalannya waktu, Jempol Food terus berkembang dengan berfokus pada kualitas.

Bambang menargetkan pasar menengah ke atas dan mendistribusikan produknya ke supermarket, bukan pasar tradisional.

“Saya konsisten produk hanya didapatkan di supermarket dan harganya harus mahal,” tegas Bambang.

Bambang menolak menurunkan harga produknya untuk bersaing di pasar. Baginya, produk berkualitas memiliki nilai tersendiri.

“Saya nggak mau berperang harga. Produk berkualitas ya harus dapat harga yang sesuai, karena saya harus menghidupi banyak karyawan,” katanya.

Bagi Bambang, fokusnya adalah terus berkarya dan menghasilkan produk terbaik.

“Hidup saya itu sudah ada yang mengatur, jadi saya nggak pernah khawatir dengan hidup saya nanti akan bagaimana. Yang penting saya berkarya dengan sebaik-baiknya, berkualitas,” tutupnya.

Sumber