Kisah Ipda Desri Selamatkan Yayasan Anak Berkebutuhan Khusus yang Hampir Tutup
Ipda Desri Iswandy menyelamatkan Yayasan Bina Insani, tempat terapi dan pendidikan anak berkebutuhan khusus di Jambi, yang hampir tutup. Ipda Desri menyediakan fasilitas hingga menjadi pendidik anak-anak berkebutuhan khusus di yayasan tersebut.
Cerita bermula saat Ipda Desri mendengar dari keluarga murid bahwa Yayasan Bina Insani akan tutup pada 2019. Hal itu diperparah lagi dengan kondisi pandemi COVID-19 pada 2020 yang menyebabkan adanya sejumlah pembatasan.
"2020 itu saya bersama keluarga, kebetulan dengan adik ipar langsung berkunjung ke Yayasan Bina Insani. Melihat kondisi yang pada saat itu saya lihat kondisinya memang sudah tidak layak lagi digunakan untuk kondisi belajar mengajar, baik itu alat terapi, maupun sarana prasarana pendidikan anak," kata Ipda Desri saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu. Ipda Desri diusulkan oleh Polda Jambi dalam program Hoegeng Corner 2024.
Ps Pamin Subbid Paminal Propam Polda Jambi itu tergerak untuk membantu Yayasan Bina Insani setelah melihat langsung kondisinya yang tidak layak. Ipda Desri lalu memperbaiki sejumlah fasilitas di yayasan tersebut.
"Di bulan pertama saya menyiapkan fasilitas saya perbaiki, beli material-material, dan saya turun langsung untuk memperbaikinya. Bersama-sama dengan pegawai yang ada di Bina Insani itu. Perlahan-lahan tempatnya sudah layak untuk digunakan mendidik anak-anak. Seterusnya tinggal prasarananya lagi. Saya menyiapkan tentang mainan anak-anak edukasi untuk di anak Bina Insani," ujar Ipda Desri.
Saat pandemi COVID-19, Yayasan Bina Insani sempat tidak bisa menggelar proses belajar mengajar secara daring yang kemudian mengakibatkan yayasan tersebut hampir tutup. Ipda Desri lalu membantu menyiapkan sejumlah fasilitas pendukung agar proses pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus tetap berlangsung.
"Dan alhamdulillah, yang di 2020 beberapa sudah bisa bergabung di sekolah reguler seperti anak-anak pada umumnya," ujar Ipda Desri.
Selanjutnya, Ipda Desri juga tergerak untuk membantu menjadi pendidik anak-anak berkebutuhan khusus. Dia kemudian belajar dari ahli terapis dan pengajar yang ada di Yayasan Bina Insani sampai akhirnya bisa menjadi pendidik.
"Hati saya tersentuh untuk bisa melaksanakan proses terapi dan belajar mengajar di sana. Waktu itu saya luangkan setelah saya melaksanakan kegiatan pengaturan lalu lintas, waktu itu saya berdinas di lalu lintas, setelah saya melaksanakan itu saya sempatkan berkunjung di Bina Insani," tutur Ipda Desri.
Setelah bertahan di masa-masa sulit pandemi COVID-19, Yayasan Bina Insani kemudian pindah ke tempat baru pada 2022. Ipda Desri membantu menyiapkan tempat tersebut tanpa bayaran sama sekali.
"Saya sudah berembug sama orang tua, keluarga dan saudara. Kita bangun di samping rumah orang tua saya untuk bisa menyediakan tempat yang layak untuk anak-anak ini, dan tidak ada ngontrak lagi, saya gratiskan untuk tempat pendidikannya, sedikit pun saya tidak terima uang," ujar Ipda Desri.
Dia bersyukur tempat tersebut bisa bertahan sampai sekarang. Kini sudah sekitar 28 orang anak dan sekitar 7 pendidik di Yayasan Bina Insani tersebut.
"Alhamdulillah di tahun 2022 saya sekolah dan anak-pindah pindah ke tempat baru, di tengah kota alhamdulillah. Terlaksanalah kegiatan belajar mengajar itu sampai berkembang anak-anak sekarang dididik sekitar 25 anak-anak sampai 28," tutur Ipda Desri.
Ipda Desri pun mengungkap alasannya hingga rela membantu fasilitas hingga menjadi pendidik tanpa dibayar sama sekali. Dia tergerak untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus karena alasan kemanusiaan.
"Bagaimana seandainya di posisi anak kandung saya, itu yang pertama kali saya tergerak, bagaimana kalau seandainya anak yang sekarang itu anak saya, makanya itu yang pertama kali," ujar Desri.
"Saya pengin jadi ayah asuh dari mereka semua sehingga mereka sudah besar bisa mengingat saya," imbuh Desri.