Kisah Serka Maruli Tinggalkan Anak dan Istri untuk Misi Perdamaian di Afrika Tengah

Kisah Serka Maruli Tinggalkan Anak dan Istri untuk Misi Perdamaian di Afrika Tengah

JAKARTA, KOMPAS.com - Sersan Kepala (Serka) Maruli Butar Butar menyatakan siap meninggalkan dua anak dan istrinya untuk menjalankan misi perdamaian ke Afrika Tengah dalam Satuan Tugas (Satgas) Kizi Minusca XXXVII-K.

Ia mengakui bahwa meninggalkan keluarga adalah hal yang berat, namun menganggap tugas ke Afrika Tengah sebagai panggilan yang membanggakan.

"Memang berat untuk meninggalkan anak dan istri, tapi kembali lagi, kita ini adalah panggilan tugas. Bahwa tugas itu bagi tentara adalah kebanggaan," kata Serka Maruli saat ditemui Kompas.com usai pelepasan Yonzikon 14, Selasa (5/11/2024).

Maruli, yang lahir 31 tahun lalu, turut membawa serta istri dan dua anaknya dalam upacara pelepasan Yonzikon 14, di Jagakarsa, Jakarta.

Istrinya, Hotma Meriana Situngkir, terlihat menggendong anak keduanya, Manuela, yang baru berusia 1 tahun, sedangkan anak pertama mereka, Marcella, berusia 4 tahun.

Maruli menjelaskan, tugas yang akan dijalankannya adalah misi kemanusiaan yang penting. "Di mana kita di sana nanti membangun dan juga untuk membantu masyarakat sipil di sana," ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya pulang dengan sehat dan selamat untuk bertemu kembali dengan keluarganya.

"Tetapi yang paling penting juga misi itu berhasil apabila kita bisa pulang dengan sehat dan selamat, ketemu dengan keluarga dan anak dan istri," kata dia

Sebelum berangkat, Maruli telah mempersiapkan segalanya, termasuk memberitahukan anak-anaknya tentang kepergiannya ke Afrika Tengah.

"Ini namanya Marcella (anak pertama) ini kan sudah tahu. Bahkan ketika kita sampaikan, pada saat masih seleksi juga, anak kami ini sudah saya sampaikan. Papi mau berangkat tugas, dalam setiap doanya akan didoakan terus," jelas Maruli.

"Jadi kalau sudah saya sampaikan ini, dia (Marcella) sudah ngerti. ‘Ya sudah Papi, kalau memang mau berangkat, kakak sudah doakan’. Itulah doa kita yang kita panjatkan kepada Tuhan. Jadi kalau ditanya, ‘Papi mau berangkat ke mana?’ Mau berangkat ke Satgas Luar Negeri Afrika’. Sudah tahu sendiri dia," kata dia sembari mengelus kepala anak pertamanya.

Sementara itu, Maruli meyakini bahwa Manuela yang masih kecil belum sepenuhnya mengerti kepergiannya. Namun, ia percaya istrinya akan memberikan penjelasan dengan cara yang tepat.

"Kalau adiknya yang kecil ini memang secara batin kita belum siap untuk meninggalkan, karena butuh masih sosok Ayah dalam tumbuh kembangnya," tutur Maruli.

"Tapi ya kembali lagi saya bilang tadi, kita ini tentara, kita kembali lagi kehormatan menjalankannya," tambahnya.

Maruli mengaku telah menyiapkan cara untuk mengatasi kerinduan terhadap keluarga saat bertugas nanti. Ia berencana menggunakan media komunikasi, terutama video call, untuk tetap terhubung.

"Kita gunakan media komunikasi sekarang, palingan video call saja, karena beda waktu di sana juga 6 jam," ungkapnya.

Istrinya, Meriana, juga berkomitmen untuk menghubungi suaminya setidaknya sekali sehari.

"Paling pesan yang sering saya tekankan kepada suami yaitu jaga kesehatan. Jaga kesehatan, berangkat selamat, pulang juga harus selamat. Ingat anak dan istri dan ingat keluarga," kata Meriana.

Maruli juga telah memberi tahu istrinya tentang kondisi wilayah konflik yang akan dia hadapi.

Ia menyebutkan insiden di Lebanon, di mana dua prajurit TNI terluka akibat serangan tank Israel.

Kepada istrinya, Maruli menegaskan, TNI siap ditugaskan di mana pun, termasuk daerah rawan konflik.

"Kita ini tentara, sudah dikontrak mati sama negara. Kita tidak bisa menghindar dari tugas ini," tegasnya.

Ia menambahkan, kondisi di Afrika Tengah pun serupa dengan Lebanon, di mana risiko bahaya sangat tinggi.

"Kalau di tempat kita belajar itu, tidak ada satu jengkal tanah pun yang aman di daerah misi. Mau di Afrika, mau di Lebanon," jelas Maruli.

Meriana mengaku memahami tugas suaminya dan menyadari risiko yang harus dihadapi, termasuk tinggal tugas untuk waktu yang lama.

"Jadi memang ini resikonya harus siap ditinggal. Jadi ya tinggal berdoa saja," tandas Meriana.

Untuk diketahui, Satgas Kizi Minusca akan diberangkatkan pertengahan November 2024, dengan total 240 orang yang terdiri dari berbagai satuan.

Yonzikon 14/SWS sendiri mengirimkan 138 prajuritnya untuk bergabung dalam misi tersebut.

Sumber