Kisah Warga Tanah Tinggi yang Tidur Bergantian di Balai RW

Kisah Warga Tanah Tinggi yang Tidur Bergantian di Balai RW

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah hiruk-pikuk kota, ribuan warga di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, menghadapi persoalan serius, yakni kepadatan penduduk yang memengaruhi ruang kehidupan mereka.

Di RW 12, kondisi ini sangat terasa, di mana banyak keluarga terpaksa tidur bergantian karena ukuran hunian yang tidak memadai.

Wilayah RW 12, yang mencakup enam rukun tetangga (RT) dari total sebelas RT, memiliki luas sekitar 3,5 hektar dan dihuni oleh sekitar 1.600 kepala keluarga, dengan total populasi mencapai 2.200 jiwa.

Sayang, tingginya jumlah penduduk tidak diimbangi dengan hunian yang layak.

"Secara kasat mata memang tidak layak huni. Dari segi fisik bangunan rumah, juga akses jalan sempit, enggak ada ventilasi udara," kata Ketua RW 12, Imron Buchori.

Memang jalan utama terlihat rapi. Namun begitu masuk ke dalam RW 12, tampak realita yang sangat berbeda, banyak hunian yang berjejal dan sempit.

ACHMAD NASRUDIN YAHYA/KOMPAS.com. Akses jalan sempit di permukiman padat penduduk RT 10 RW 12 Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.

Kondisi ini memaksa banyak warga untuk memilih tidur bergantian agar semua anggota keluarga dapat beristirahat.

"Sifnya ganti-gantian. Kenapa? Kalau bapaknya ada, anaknya ada, cucunya yang paling diprioritaskan," jelas Imron.

Ia menambahkan, ada satu rumah berukuran 2 x 3 meter yang dihuni oleh 14 jiwa, yang setiap malam harus berbagi tempat tidur.

Dengan ruang tinggal yang terbatas, halaman Balai Sekretariat RW 12 pun menjadi alternatif bagi warga untuk beristirahat.

"Banyak yang tidur di sini (balai RW). Mau pagi, mau siang, kadang-kadang mereka beragam," kata Imron.

Di balai sekretariat, mereka memanfaatkan kursi panjang sebagai alas tidur dan kadang-kadang tidur di lantai dengan terpal sebagai alas.

"Jadi memanfaatkan ruang-ruang yang ada," imbuhnya.

Balai Sekretariat RW 12 juga dilengkapi dengan kamar mandi umum yang bisa menampung 12 pria dan 12 wanita.

"Mandi tinggal mandi di belakang, airnya bersih," ujar Imron.

Setiap malam, setidaknya ada enam warga yang tidur di balai sekretariat. Salah satunya Agusyadi (50), warga RT 6 RW 12, yang terpaksa menginap di balai tersebut karena rumahnya tidak cukup menampung anggota keluarga.

"Saya terpaksa tidur di sini (Balai Sekretariat RW 12), setiap malam tidur di sini," kata Agus.

Selama lima tahun terakhir, ia memilih tidur di balai sekretariat karena rumahnya yang berukuran 4 x 6 meter tidak cukup menampung 15 anggota keluarganya.

"Jadi saya memilih mengalah saja sama adik, tidurnya di sini," ungkap Agus, yang bersama warga lainnya menjalani kehidupan berbagi dalam kondisi yang penuh tantangan.

Meskipun situasi sulit, solidaritas di antara mereka tetap terjaga, menciptakan ikatan yang kuat di tengah kepadatan dan keterbatasan ruang hidup.

Sumber