Konflik Manusia-Harimau di Aceh Timur Meluas, Perubahan Fungsi Hutan Jadi Penyebab
ACEH UTARA, KOMPAS.com – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Aceh mendeteksi konflik antara harimau dan manusia makin meluas di Kabupaten Aceh Timur, Aceh.
Terakhir, satu sapi diterkam di Desa Sahraja, Kecamatan Pante Bidari, Kabupaten Aceh Timur.
Sebelumnya gangguan harimau terjadi juga di Desa Senebok Cina, Desa Julok Rayeuk Selatan, Senebok Bayu Kecamatan Indra Makmu.
Lalu di Desa Alue Siwa Serdang, Kec Nurussalam dan Desa Panton Rayeuk T, Kecamatan Banda Alam, Kabupaten Aceh Timur.
Praktis, dalam sebulan terakhir, sudah empat sapi diterkam harimau.
Kepala Seksi Konservasi Konverasi BKSDA Aceh, Kamarudzaman, dihubungi Jumat (17/1/2025) menyebutkan, timnya sudah mendatangi lokasi di Pante Bidari.
“Kesimpulan kami, kejadian di Pante Bidari itu harimaunya berbeda dengan harimau di kawasan sebelumnya. Karena, jaraknya terpaut agak jauh,” terangnya.
Dia menyebutkan, gangguan harimau umumnya terjadi di Pulau Sumatera akhir-akhir ini. Penyebabnya perubahan fungsi kawasan hutan.
“Di Pante Bidari kita temukan sapi mati diterkam harimau itu berada di kawasan hutan, tapi hutannya sudah penuh tumbuhan milik penduduk. Ini perlu menjadi atensi pemerintah daerah, menjaga kawasan hutan,” katanya.
Saat ini, sambungnya, BKSDA terus berkomunikasi dengan masyarakat lokal.
Jika ada gangguan lagi, BKSDA akan turun ke lokasi dan menjalankan operasi penangkapan harimau.
“Kemarin kita pasang kamera pengawas, jebakan juga. Hasilnya gagal. Tidak masuk harimau ke jebakan kita, sekarang ini, tim BKSDA juga sedang tangani gangguan buaya di Aceh Selatan,”pungkasnya.