Kontribusi Atlantic Carbon Bakal Dorong Performa Delta Dunia Makmur (DOID)
Bisnis.com, JAKARTA — PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) mulai membukukan kontribusi pendapatan dan laba dari Atlantic Carbon Group Inc. dalam laporan keuangan per kuartal III/2024 setelah akuisisi dirampungkan pada pertengahan tahun ini.
Hingga saat ini, DOID belum menyampaikan laporan keuangan per 30 September 2024 lantaran masih dalam proses audit. Perseroan induk PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) itu berencana menerbitkan laporan keuangan tersebut pada akhir tahun ini.
Manajemen memastikan akuisisi tambang antrasit di Amerika Serikat (AS), Atlantic Carbon Group Inc, mulai tercatat pada akun pendapatan perseroan periode kuartal III/2024.
Direktur Delta Dunia Makmur Iwan Fuad Salim berharap tambahan pendapatan dari aset tambang Atlantic Carbon Group itu bisa memperbaiki posisi pelaporan keuangan perseroan yang minus per 30 Juni 2024 lalu. Apalagi, kata Iwan, bisnis tambang antrasit Atlantic Carbon Group itu sepenuhnya berbasis mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
“Akhir tahun ini boleh kelihatan efek dari mata uang yang lebih diversifikasi,” kata Iwan saat ditemui selepas public expose di Jakarta, Selasa (10/12/2024).
Seperti diketahui, DOID sebelumnya mencatatkan penurunan kinerja sepanjang semester I/2024 setelah berbalik rugi menjadi US$26,5 juta pada 6 bulan pertama 2024 imbas pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS.
Berdasarkan laporan keuangannya, DOID mencetak pendapatan sebesar US$854,9 juta atau setara Rp14,01 triliun di semester I/2024. Pendapatan ini turun 0,24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$857 juta.
Akan tetapi, DOID mencatatkan rugi bersih sebesar US$26,5 juta atau setara Rp435,8 miliar. Rugi bersih ini berbanding terbalik dari periode yang sama tahun lalu dengan laba bersih sebesar US$4,92 juta.
Manajemen DOID dalam keterangan resminya menjelaskan penurunan ini terutama disebabkan oleh kerugian selisih kurs sebesar US$12 juta akibat fluktuasi nilai tukar mata uang yang merugikan dari Rupiah dan dolar Australia terhadap dolar AS.
Kendati demikian, Iwan memastikan, kinerja operasi dan keuangan DOID sampai akhir tahun ini bakal membaik seiring dengan masuknya pencatatan pendapatan dari aset akuisisi Atlantic Carbon Group, Inc.
“Tentunya harapannya dengan adanya [bisnis di AS] itu, antrasit itu juga harganya naik terus, karena dia pasokannya lebih sedikit dibanding tingkat permintaan, jadi kita harap ada kontribusi yang terdiversifikasi dari bisnis di AS,” kata Iwan.
Seperti diberitakan sebelumnya, DOID lewat American Anthracite SPV I, LLC, perusahaan terkendali PT Bukit Makmur Internasional (BUMA International) telah merampungkan akuisisi strategis Atlantic Carbon Group, Inc (ACG) senilai US$122,4 juta pertengahan tahun ini.
Akuisisi ini disebut akan menyumbang kenaikan pendapatan DOID pendapatan Grup diproyeksikan akan bertambah sebesar US$120 juta hingga US$130 juta per tahun dari 2024 hingga 2028.
Selain itu, akuisisi ini secara signifikan mendiversifikasi pendapatan DOID, meningkatkan porsi pendapatan dari batu bara non-termal dari 19% sepanjang 2023 menjadi 28% pada 2024. Hal ini sejalan dengan tujuan strategis DOID untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara termal.
Ekspansi ke AS memungkinkan DOID memenuhi permintaan antrasit UHG yang sedang meningkat yang penting untuk Electric Arc Furnace (EAF) dan produksi baja rendah karbon. Ekspor antrasit AS telah tumbuh pada CAGR 10,6% dalam kurun waktu 2014 hingga 2023, dengan EAF mendorong perluasan kapasitas pembuatan baja di masa depan di AS dan Eropa.
Di sisi lain, China yang juga produsen baja terbesar secara global telah mengajukan rencana meningkatkan produksi EAF menjadi 15% dari total produksi baja pada 2025, dengan target untuk meningkatkan proporsi menjadi 20% pada 2030.
Pemerintah di Inggris dan Jerman juga mendorong peralihan dari blast furnace ke EAF, yang semakin meningkatkan permintaan untuk antrasit berkualitas tinggi dari ACG.