Koridor 1 TJ Bakal Ditutup, Warga: Lebih Baik Tetap Ada
JAKARTA, KOMPAS.com – Rencana penutupan koridor 1 Transjakarta yang melayani rute Blok M-Kota menuai berbagai reaksi dari masyarakat, khususnya para pengguna transportasi umum.
Salah satu warga, Luthfia (27), menyayangkan rencana tersebut. Menurut dia, integrasi antara Transjakarta dan MRT seharusnya menjadi solusi untuk mempermudah akses masyarakat terhadap transportasi umum, terutama di jam-jam sibuk.
"Lebih baik tetap ada jalur Transjakarta maupun MRT ya, karena kalau peak hour itu pasti ramai ke arah Kota, Balai Kota. Penuh di haltenya itu, mending tetap ada alternatif selain TJ, ada MRT, saling melengkapi," ujar Luthfia, Senin (23/12/2024).
Luthfia menilai, kepadatan MRT ke arah Kota Tua atau Jakarta Pusat akan meningkat jika koridor 1 Transjakarta ditutup. Ia pun berharap pemerintah mempertimbangkan kembali rencana ini dengan memperbaiki fasilitas transportasi terintegrasi.
"Menurutku sih perlu dikaji lagi ya. Apalagi mereka menggaungkan transportasi integrasi, kenapa harus dihilangkan salah satunya? Padahal ini sudah sesuai tujuannya pemerintah," tambahnya.
Hal serupa diungkapkan Hendri (59), yang mengaku lebih setuju jika Transjakarta dan MRT tetap beroperasi bersama. Ia meragukan kapasitas MRT untuk menampung tambahan penumpang dari Transjakarta, terutama saat jam sibuk.
"Kalau dari Lebak Bulus ke HI itu penuh. Jam setengah delapan saya lihat, berdiri semua. Nah kalau itu busnya hilang, ke mana mereka? Apa iya MRT bisa nampung semua?" kata Hendri.
Hendri juga menyoroti perbedaan tarif antara Transjakarta dan MRT. Menurutnya, tidak semua warga, terutama dari kalangan bawah, akan memilih MRT jika koridor 1 Transjakarta dihapuskan.
"Saya pernah lihat orang jual balon, kalau ditanya pasti lebih milih busway atau TJ. Pasti dia merasa kehilangan," imbuh Hendri.
Edith Dwiranti (64), warga lainnya, juga berharap pemerintah tetap membuka opsi untuk mempertahankan koridor 1 Transjakarta. Ia mengatakan, tidak semua warga dapat mengakses MRT karena alasan finansial.
"Alangkah baiknya ada TJ, ada MRT juga. Kalau saya pribadi lansia gratis ya, tapi masyarakat umum mungkin nominalnya agak lebih besar kalau naik MRT," kata Edith.
Sebelumnya, Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jakarta mengungkapkan rencana menghapus rute Transjakarta yang bersinggungan dengan MRT. Kepala Dishub DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, langkah ini untuk mencegah tumpang tindih antarmoda transportasi umum.
"Contohnya untuk MRT Lebak Bulus sampai Kota (jika sudah) terbangun, maka untuk koridor satu Transjakarta dari Blok M sampai Kota itu nanti ditiadakan," kata Syafrin, Jumat (20/12/2024).
Syafrin menjelaskan, penghapusan akan dilakukan setelah pengerjaan jalur MRT rute Lebak Bulus-Kota rampung.
Sementara itu, Departemen Humas dan CSR Transjakarta, Ayu Wardhani, menyatakan bahwa Transjakarta akan mengikuti keputusan Pemerintah Provinsi Jakarta.
"Pengoperasian transportasi publik di Jakarta merupakan kebijakan pemerintah provinsi. Tentunya kami tetap memperhatikan beberapa masukan dan saran para stakeholder, di antaranya adalah para pelanggan Transjakarta," ujar Ayu.
Sebagai informasi, koridor 1 Transjakarta Blok M-Kota merupakan salah satu jalur tertua yang beroperasi sejak 2004 dan menjadi favorit para pekerja di kawasan Sudirman-Thamrin.