Koridor 1 Transjakarta Bakal Ditutup, Warga: Dompet Saya Sudah Kering
JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana penghapusan koridor 1 transjakarta menuai penolakan dari warga yang khawatir dengan dampak kenaikan biaya transportasi dan keterbatasan akses moda alternatif seperti MRT.
Daud Kafi (20), salah satu pengguna bus transjakarta, menilai penghapusan koridor 1 akan memberatkan dirinya secara finansial. Ia mengaku tarif MRT lebih mahal dibandingkan bus transjakarta.
"Dompet saya udah kering kayaknya. Saya jujur lebih murah TJ (Transjakarta) karena kalau MRT kan kita enggak tahu ada tambahan tarif di setiap stasiun. Kalau TJ kan sama Rp 3.500 cukup," kata Daud saat ditemui di Blok M, Senin (23/12/2024).
Daud yang rutin menggunakan koridor 1 Transjakarta sebanyak tiga hingga lima kali per minggu berharap layanan tersebut tetap beroperasi meskipun jalur MRT diperpanjang hingga Kota.
"Kalau kendaraan pribadi saya enggak ada sih. Paling MRT pakai jalan-jalan doang kalau memang sempet. Enggak mungkin setiap hari juga, tarifnya kan enggak sama kayak TJ," tambahnya.
Hal serupa diungkapkan Edith Dwiranti, seorang lansia yang sering menggunakan koridor 1 Transjakarta untuk beraktivitas, termasuk berkegiatan bersama cucunya di area car free day (CFD) Jalan Jenderal Sudirman.
"Alangkah baiknya ada TJ ada MRT juga. Jadi kan enggak terlalu, kalau saya pribadi lansia gratis ya, tapi masyarakat umum mungkin nominalnya agak lebih besar kali ya kalau naik MRT," ujarnya.
Hendri (59), pengguna lain, meragukan kemampuan MRT untuk menampung lonjakan penumpang jika koridor 1 Transjakarta dihentikan. Ia menyebut, pada jam sibuk saja MRT kerap penuh.
"Kalau dari Lebak Bulus ke HI itu penuh. Jam setengah 8 saya lihat berdiri semua. Nah kalau itu busnya hilang, ke mana mereka? Apa iya MRT bisa nampung semua?" katanya.
Hendri juga menyoroti keterbatasan akses MRT bagi warga kelas bawah yang lebih memilih Transjakarta karena biaya yang lebih terjangkau.
"Saya pernah lihat orang jual balon, kayaknya itu ditanya kalau dia pasti mungkin enggak mau MRT dan lebih milih busway atau TJ. Pasti dia merasa kehilangan," tambahnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo menyampaikan bahwa rencana penghapusan koridor 1 Transjakarta dilakukan untuk menghindari tumpang tindih dengan jalur MRT.
"Contohnya untuk MRT Lebak Bulus sampai Kota (jika sudah) terbangun, maka untuk koridor satu Transjakarta dari Blok M sampai Kota itu nanti ditiadakan," kata Syafrin, Jumat (20/12/2024).
Syafrin menyebut penghapusan koridor tersebut akan dilakukan setelah jalur MRT Lebak Bulus-Kota selesai dibangun.
Dikonfirmasi terpisah, Departemen Humas dan CSR Transjakarta Ayu Wardhani mengatakan, Transjakarta akan mengikuti keputusan Pemprov Jakarta tetapi tetap mempertimbangkan masukan pelanggan.
"Pengoperasian transportasi publik di Jakarta merupakan kebijakan pemerintah provinsi. Tentunya kami tetap memperhatikan beberapa masukan dan saran para stakeholder, di antaranya adalah para pelanggan Transjakarta," ucapnya.
Sebagai informasi, koridor 1 Transjakarta Blok M-Kota merupakan jalur tertua yang telah beroperasi sejak 2004 dan menjadi andalan warga untuk beraktivitas di kawasan Sudirman-Thamrin.