Kronologi Temuan Bangkai Sejumlah Kucing di Warung Magelang, Pelaku Ingin Merawat tapi Kewalahan
MAGELANG, KOMPAS.com - Belasan kucing ditemukan ditimbun di sebuah warung di Kota Magelang, Jawa Tengah, pertengahan Oktober 2024.
Kucing-kucing itu tinggal di ruangan yang kumuh.
Di sana disimpan pula bangkai kucing yang dibungkus plastik.
Kelompok pencinta hewan Jakarta Animal Aid Network (JAAN) mengevakuasi langsung kucing-kucing itu dari warung di Kampung Kluyon, Kecamatan Magelang Utara.
Dokumentasi evakuasi bisa ditonton di akun Instagram mereka.
Aktivis JAAN, Mustika, mengatakan pihaknya mendapati 17 kucing yang seluruhnya dalam kondisi kurus dan lemah.
Kucing yang berhasil dievakuasi lantas dimasukkan ke klinik hewan.
Hasil pemeriksaan menunjukkan belasan kucing itu terserang bakteri dan kondisinya kurus.
Kini, sebanyak 17 kucing diinapkan di sebuah rumah kontrakan di Kelurahan Cacaban, Kecamatan Magelang Tengah.
Mustika menambahkan, pihaknya membuka donasi perawatan kucing dan sewa kontrakan karena tidak bisa menanggung biaya yang menembus Rp 34 juta.
“Nantinya kucing juga bisa diadopsi asal dipelihara dengan layak,” imbuh Mustika, Selasa (29/10/2024).
Usut punya usut, sebanyak 17 kucing ditimbun seorang perempuan berinisial E (51).
Ia mengambil kucing dari berbagai tempat lantaran tidak tega.
Namun, kendala ekonomi membuatnya tidak bisa merawat mereka secara layak.
KOMPAS.com/Egadia Birru Kucing yang sempat ditimbun E di sebuah warung di Magelang, Rabu (30/10/2024).
E juga tinggal di kontrakan yang sama dengan 17 kucingnya.
Sebelumnya, mereka menghuni warung di Kluyon selama September 2024.
Ia mengaku telah mengambil banyak kucing sejak lebih kurang tiga tahun lalu.
Sampai saat ini, dia menaksir sedikitnya 50 kucing, termasuk yang sudah mati, berhasil dikumpulkan.
“Saya enggak tega (ketika) lihat (kucing) di jalan. Tapi, saya welcome kalau mau ada yang adopsi,” tuturnya, Rabu (30/10/2024).
Hidup E berpindah-pindah kontrakan hingga terakhir dievakuasi dari warung.
Empat bulan terakhir, aktivitas jualan lumpia dia tinggalkan karena penjualan menurun dan beralih jadi buruh cuci pakaian.
Sejak saat itu, dia kewalahan untuk memberi makan kucing-kucingnya.
Satu demi satu kucing mati hingga tersisa 17 ekor yang kini masih hidup.
Di antara kucing yang sudah mati, bangkainya tidak E kuburkan dengan alasan tidak menjumpai tanah.
Ia pun membungkus dan menyimpannya.
Agar baunya tidak menyengat, dia menaburi bangkai dengan bubuk kopi.
“Saya mau merawat tapi enggak tahu diri. Saya cuma punya kasih sayang,” cetusnya.
E mengaku pernah menikah tiga kali dan semua berakhir dengan perceraian.
“Saya pernah di-KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) sama suami yang pertama. Saat itu saya sedang hamil, lalu keguguran,” beber dia.
Ia ingin kembali ke rumah orangtuanya di Yogyakarta walau entah kapan.
E, dengan seizin aktivis JAAN, juga akan memboyong dua ekor kucing ke sana.