Laba Bersih Mayora Indah (MYOR) Turun Tipis Jadi Rp2,01 Triliun Kuartal III/2024

Laba Bersih Mayora Indah (MYOR) Turun Tipis Jadi Rp2,01 Triliun Kuartal III/2024

Bisnis.com, JAKARTA — PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) membukukan kenaikan penjualan sepanjang Januari-September 2024. Meski begitu, laba bersih produsen Kopiko dan Torabika itu mengalami penyusutan.

Merujuk laporan keuangan per kuartal III/2024, penjualan bersih Mayora mencapai Rp25,64 triliun. Realisasi tersebut lebih tinggi 11,99% dari penjualan bersih 9 bulan 2023 yang tercatat sebesar Rp22,89 triliun.

Penjualan bersih diperoleh Mayora Indah dari pasar lokal sebesar Rp14,97 triliun dan ekspor Rp10,67 triliun. Capaian itu dikurangi retur Rp9,12 miliar.

Pada periode yang sama, beban pokok penjualan MYOR naik lebih tinggi dibanding kenaikan penjualan bersihnya. Mayora mencatat beban pokok penjualan naik 16,33% year-on-year (YoY) dari Rp16,78 triliun menjadi Rp19,52 triliun sepanjang Januari-September 2024.

Mayora Indah juga mengucurkan beban penjualan Rp2,72 triliun, beban umum dan administrasi Rp659,1 miliar, beban bunga Rp250,79 miliar, dan beban pajak Rp532,87 miliar dalam 9 bulan 2024.

Alhasil, MYOR membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp2,06 triliun. Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Mayora atau laba bersih turun tipis 0,52% YoY dari Rp2,02 triliun pada 9 bulan 2023 menjadi Rp2,01 triliun pada periode yang sama tahun ini. Sejalan dengan itu, laba per saham MYOR menyusut dari Rp91 menjadi Rp90.

Berdasarkan catatan Bisnis, Direktur Mayora Indah Wardhana Atmadja mengatakan segmen makanan mengandung cokelat terdampak oleh kenaikan harga biji kakao yang mencapai hampir tiga kali lipat tahun ini. Untuk itu, penyesuaian harga dilakukan guna menjaga margin penjualan.

“Untuk produk-produk yang mengandung cokelat, kami sangat memperhatikan margin produk tersebut secara intensif dan memang ada beberapa produk yang akan dilakukan adjustment harga di semester kedua,” ujarnya dalam paparan publik, Rabu (12/6/2024).

Meski demikian, Wardhana menuturkan bahwa diversifikasi produk yang dimiliki Mayora diharapkan membuat dampak kenaikan harga biji kakao dapat diminimalkan sehingga perseroan tetap mampu memacu kinerja bisnis ke depan.

Terkait dengan deflasi 5 bulan berturut-turut, manajemen Mayora menyatakan bahwa sejauh ini tren tersebut tidak berdampak terhadap kinerja penjualan perusahaan, khususnya di pasar domestik.

“Kami tidak melihat ada dampak terhadap penjualan perseroan. Untuk penjualan lokal, perseroan masih mencatatkan peningkatan penjualan double digit hingga tengah tahun 2024,” ujar manajemen dalam keterangan tertulis kepada Bisnis, Senin (7/10/2024).

Sumber