Lari Jadi Tren Anak Muda, Ini Pesan Atlet Nasional di Semarang 10K
SEMARANG, KOMPAS.com - Lari menjadi salah satu olahraga yang kini banyak digeluti dan menjadi tren kalangan anak muda.
Biasanya, mereka bergabung dengan komunitas lari, ataupun berlatih sendiri untuk membangun kebiasan lari.
Tak jarang, mereka turut mengikuti ajang lari, seperti acara Semarang 10K.
Adanya tren lari ini menjadikan sebagian besar anak-anak muda ikut Fear of Missing Out (FOMO) untuk berlari.
Salah satu peserta Semarang 10K, Lantang Bijak Satrio (23), mengatakan, anak muda yang FOMO terhadap olahraga lari bisa berdampak positif.
Salah satu dampak positif adalah mereka yang rutin berlari menjadikan tubuh lebih sehat.
"Menurutku sebenarnya bagus. Tapi harus sadar diri. Jangan mulai lari langsung jauh, minimal kalau mau lari jauh, harus sadar diri," ucap Lantang kepada Kompas.com, Minggu (15/12/2024).
Lebih jelas Lantang mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan anak-anak muda jika ingin memulai kebiasaan lari.
Pertama, berlari dengan latihan jarak secara berkala. Seperti memulai dari jarak 2 hingga 3 kilometer pada 2 sampai 4 minggu pertama.
"Misal udah terbiasa tubuhnya, naikin lagi ke 5 kilometer. Kalau sudah terbiasa, naikin lagi. Tapi jangan lupa latihan strength," tutur Lantang.
Menurut dia, latihan strenght atau fisik akan membantu otot-otot kaki lebih kuat. Sehingga, para pelari akan lebih cepat dan kuat untuk berlari.
Lantang menyebut, kebiasaan lari yang dibangun itu ternyata membuahkan hasil. Dirinya merasa lebih sehat dan memiliki metabolisme tubuh yang lebih baik.
"Awalnya ga begitu susah, karena memang dasar seneng olahraga. Dan saya tidak merokok jadi aman, hidup sehat jadi lebih gampang," tutur Lantang.
Hal senada juga disampaikan oleh pelari asal Kebumen, Ibnu Syams (23). Dirinya menyebut, FOMO lari di kalangan anak muda akan membawa mereka ke arah yang lebih positif.
Selain menjaga kesehatan, mereka juga dapat berlatih menerapkan gaya hidup sehat.
"Jogging, lari, sendiri jadi stress release juga. Setelah kerja, setelah seharian mungkin pusing-pusing, sore jogging atau pagi sebelum kita aktivitas itu jogging, jadi sesuatu yang oke," ucap Syams.
Bagi Syams, lari bukanlah menjadi ajang peelombaan untuk mengalahkan pencapaian orang lain.
"Jadi kepuasan sendiri kalau misal bisa melampaui apa yang sudah pernah saya lakukan. Jadi lari itu nggak kebut-kebutan sama teman, nggak lomba sama yang lain. Jadi benar-benar mengalahkan diri sendiri aja," ujar dia.
Sementara itu, atlet lari maraton nasional yang pecahkan rekor di Semarang 10K, Odekta Elfina Niabaho, mengatakan, FOMO lari di kalangan anak muda sangat mendukung perkembangan di bidang olahraga, bisnis, maupun perekonomian di Indonesia.
"Saya merasa bangga bahwa Indonesia ternyata sudah mengikuti tren itu. Mereka juga menikmati, dan melihat sekarang ada kalcer lah, ada komunitas lain yang semakin bertumbuh," ucap Odekta.
Kendati demikian, Odekta berpesan kepada anak-anak muda maupun pelari pemula agar tidak terburu-buru untuk mencapai jarak yang jauh atau mencapai personal best dalam ajang lari.
"Nikmatin dulu, misal mampunya 5 kilo, 10 kilo itu dinikmatin. Nikmatin pertemanan larinya, jangan terburu-buru mengalahkan orang lain. Mending nikmatin supaya jadi gaya hidup atau lifstyle," pungkas Odekta.