Lawan Abrasi, Relawan Dompet Dhuafa Tanam 7.000 Mangrove di Mangare
KOMPAS.com - Dompet Dhuafa melalui Disaster Management Center (DMC) terus berupaya menjadi garda terdepan dalam pengelolaan bencana, termasuk dalam hal pencegahan.
Paling baru, DMC Dompet Dhuafa menanam 7.000 mangrove di pesisir Pulau Mangare, Desa Tanjung Widoro, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Sabtu (21/12/2024).
Dalam program penanaman mangrove tersebut, DMC Dompet Dhuafa menggandeng komunitas lokal Exotic Mangare, yakni sekelompok warga Pulau Mangare yang peduli terhadap ekosistem mangrove di pulau tersebut.
Bersama para relawan Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Jawa Timur, DMC Dompet Dhuafa memenuhi mangrove di kawasan tambak ikan di sekitar pantai yang lama rusak akibat air laut yang menerjang dan menyebabkan abrasi dan banjir rob setiap tahun.
DMC Dompet Dhuafa menentukan pulau Mangare di pesisir utara Jawa itu sebagai program penanaman mangrove guna memulihkan ekosistem pesisir setelah melakukan coastal assessment beberapa waktu sebelumnya.
Dengan penanaman mangrove, ekosistem pesisir bisa kembali pulih dan mampu bertahan dari abrasi yang kian mengancam akibat perubahan iklim.
Tim Kesiapsiagaan dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim DMC Dompet Dhuafa Lu’lu-u Azizah mengatakan, kondisi perairan Mengare saat ini sangat memprihatinkan.
“Tidak adanya breakwater dan atau green belt menyebabkan daratan berhadapan langsung dengan ombak yang ganas, ratusan hektar (ha) tambak juga tenggelam,” katanya dalam siaran pers, Selasa (31/12/2024).
Tak hanya itu, banyak tambak yang rusak serta potensial tenggelam, begitu pula dengan abrasi dan rob yang mematikan wisata Pantai Ayang-Ayang.
Lulu menjelaskan, wilayah batas antara laut dan pantai seharusnya dibangun infrastruktur berupa breakwater sebagai solusi paling konkret untuk memecah ombak dan menurunkan daya rusak ombak saat mencapai area tambak atau pemukiman penduduk.
“Penanaman mangrove di wilayah tersebut tidak lagi memungkinkan karena ganasnya ombak yang bisa menghempaskan tanaman mangrove yang baru ditanam,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, DMC Dompet Dhuafa menentukan titik penanaman mangrove yang agak jauh dari laut sebagai mitigasi jika suatu waktu area tersebut terdampak daya rusak dari ombak yang mencapai daerah tersebut.
Sementara itu, anggota Exotic Mangrove Ahmad Ja’far mengatakan, mangrove yang ditanam bersama tersebut bisa berkembang sehingga abrasi yang menjadi ancaman warga di sini berkurang.
Dia berharap, lewat program itu, daratan masih terus utuh dan masyarakat yang menggantungkan nafkah di tambak-tambak bisa mendapatkan hasilnya.
“Terima kasih kepada DMC Dompet Dhuafa telah mempercayai kami dalam program penanaman mangrove di Mangare. Kami berharap program ini bisa terus berkembang,” katanya.
Ja’far menjelaskan, abrasi selama ini menjadi momok wilayah pesisir Mangare. Menurutnya, setiap tahun abrasi mengikis setiap jengkal daerah daratan Pulau Mangare.
“Abrasi menenggelamkan daratan pulau ini, seperti laut yang kita lihat (di belakang titik Lokasi penanaman mangrove) dulunya itu adalah daratan dan tambak. Sekarang yang bis akita lihat hanya lautan,” jelasnya.
Ja’far menerangkan, abrasi telah menenggelamkan banyak tambak ikan milik warga. Dari sekitar 200 tambak di Desa Tanjung Widoro, kini hanya tersisa sekitar 15 tambak ikan.
“Banjir rob kerap melanda Pulau Mangare, ketinggian air sekitar 2 meter menutupi daerah pesisir yang berisi tamba-tambak ikan,” ujarnya.
Dia mengatakan, setiap tahun selalu ada banjir rob dan membuat rugi warga yang punya usaha tambak.