Limbah Tulang Tuna di Ambon, Jadi Camilan Stik Ikan Berkalsium
AMBON, KOMPAS.com - Siapa yang akan menyangka? Limbah tulang ikan tuna ternyata bisa diolah menjadi camilan sehat tinggi kalsium.
Kreasi ini bisa didapatkan di Kota Ambon, Maluku. Ya, tulang ikan yang biasanya dibuang dan menjadi sampah, nyata bisa dijadikan makanan bergizi, dan juga ekonomis.
Adalah Novaly Stella Saapang (29) yang mengawali ide kreatif ini.
Stella adalah pemilik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bernama Salt and Light, di Kota Ambon.
“Kebetulan beta (saya) lihat banyak tulang ikan habis olahan di rumah. Daging ikan beta sudah pakai, apalagi ya yang belum (diolah)."
"Sepertinya tulang ikan ini bisa diolah juga,” sebut dia dalam perbincangan dengan Kompas.com, Jumat (15/11/2024).
Stella mempunyai dua orang anak yang doyan ngemil. Kedua anak inilah yang lantas bertugas layaknya kritikus kuliner bagi kreasi sang ibu.
Sebelum dijual di kedai Salt and Light, kedua anak ini yang lebih dulu bertugas mengoreksi rasa.
Selama ini, memang sudah ada beberapa jenis camilan yang dijual Stella, antara lain risol mayo, corndog, bola-bola keju, saus rempah, dan juga jus pala.
Namun, Stella tetap berhasrat membuat camilan lain yang ramah anak, dan mudah dibawa ke mana-mana.
Kompas.com/Priska Birahy Tulang ikan yang kerap dibuang begitu saja nyatanya bernilai gizi dan ekonomis. Di tangan yang tepat sisa tulang ikan diolah menjadi cemilan atau kudapan yang ramah anak serta tinggi kalsium.
“Penginnya ada camilan yang bahkan anak-anak konsumsi terus setiap hari pun aman. Kalau dibawa ke mana-mana juga seng ribet dan tumpah,” kata dia.
Berbekal keinginan itulah Stella lantas mencari referensi di Youtube. Ya, kreasi yang satu ini dia lakukan secara otodidak.
“Beta itu otodidak. Semua belajar sendiri dari Youtube dan uji coba di rumah. Pokoknya kalau anak-anak sudah approve, pasti makanan itu enak,” kata dia.
Dari referensi yang didapat, Stella mulai menghaluskan tulang ikan. Caranya dengan dipresto atau direbus hingga lunak, sebelum dihaluskan seperti pasta.
Bahan baku tulang ikan tuna dia peroleh dari pasar, dan dari salah satu pengusaha pempek yang dia kenal.
"Tulang ikan itu beta presto supaya jadi lembut. Nah kalau sudah jadi halus, itu jumlah sedikit. Beta harus cari bahan baku yang lebih banyak lagi,” ungkap dia.
Pasta yang diracik dengan sejumlah bahan tambahan itu kemudian dia "sulap" menjadi camilan berbentuk stik.
Menurut Stella, teksur, ukuran, dan bentuk stik lebih mudah disukai anak, dan cocok menjadi camilan.
Bahan baku pasta tulang ikan itu lalu dicampur tepung terigu, gula, telur, penyedap rasa, dan tanpa pengawet.
Uniknya, Stella hanya membutuhkan satu kali uji coba untuk mendapatkan stik tulang ikan yang dia harapkan.
Hasilnya, stik tulang ikan ini memiliki aroma ikan yang khas, tapi bukan bau amis yang kerap membuat mual.
“Beta memang mau coba buat sesuatu yang tidak hasilkan limbah. Sebisa mungkin tidak ada limbah lagi."
"Dan ternyata itu jadi peluang usaha,” kata Stella, yang juga membuat produk sambal tuna asap.
Stik tulang ikan tuna produksi Stella dikemas dalam kantung berukuran 100 gram, dan dijual seharga Rp 25.000.
Kini, produk ini bisa didapat di gerai Salt and Light yang berlokasi di Jalan Anthony Rebok, persis di depan Rumah Sakit Sumber Hidup GPM, Kota Ambon.
Menurut Stella, berdasarkan apa yang dia pelajari tulang ikan terbukti mengandung kalsium yang tinggi.
Kepala Balai POM Ambon, Tamran Ismail pun memberikan komentar senada pada produk inovatif ini.
“Berbagai jurnal sudah ada buktinya, tulang ikan itu tinggi kalsium. Untuk stik tulang ikan memang sementara didaftarkan ke kami,” kata Ismail.
Meski begitu, kata Ismail, untuk membuktikan kadar kalsium dalam pangan olahan, memang perlu pembuktian khusus di laboratorium.
Namun terkait keamanan pangan, kata dia, Salt and Light telah mendaftarkan beberapa camilannya. Sementara, stik tulang ikan, kini masih dalam proses registrasi BPOM.