Litbang Kompas: Program Makan Bergizi Kemensos Tingkatkan Ekonomi Warga Lokal
JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil penelitian Litbang Kompas mengungkap bahwa program makan bergizi gratis bagi masyarakat lanjut usia (lansia) dan penyandang disabilitas Kementerian Sosial (Kemensos) di Banjarnegara, Jawa Tengah, membuat masyarakat setempat meraup keuntungan ekonomi.
Manajer Riset Litbang Kompas Ignatius Kristanto mengatakan bahwa penelitian dilakukan di salah satu kecamatan yang melaksanakan program Kementerian Sosial (Kemensos) dalam waktu satu bulan.
Program itu sudah berjalan selama setahun terakhir.
Litbang Kompas menemukan bahwa pihak Kemensos menyalurkan dana sebesar Rp 496 juta untuk biaya program makan gratis di kecamatan tersebut, yang menimbulkan multiplier effect.
Adapun penelitian ini dilakukan atas permintaan pihak Kemensos untuk mengukur efektivitas program tersebut.
"Ternyata adalah duit bergulir di kelompok masyarakat yang menyediakan makanan itu, kelompok masyarakat di situ yang dibentuk oleh Kementerian Sosial mendapatkan keuntungan," kata Kris saat Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) di Sleman, Yogyakarta, Rabu (18/12/2024).
"(Menjadi) sekitar dapat Rp 576-an juta," ujarnya.
Kris lantas mencontohkan bagaimana dana yang dikucurkan Kemensos menjadi keuntungan ekonomi yang berputar di masyarakat.
Dari Rp 1 yang disalurkan Kemensos untuk bantuan makan bergizi gratis, di masyarakat berputar dan berlipat menjadi Rp 1,01.
Padahal, seharusnya ketika Kemensos mengucurkan dana bantuan, hanya akan tercipta keuntungan Rp 0.
"Justru duit itu bergulir, membuat keuntungan ekonomi di situ menjadi lapangan pekerjaan sendiri di kelompok masyarakat di situ. Ini yang luar biasa contoh, dan ini memperkuat kelembagaan kelompok masyarakat di situ," ujar Kris.
Ia mengatakan bahwa ketika program bantuan makan bergizi gratis bagi lansia dan disabilitas dihentikan akhir tahun ini, keuntungan ekonominya masih berputar dua hingga tiga kali lipat pada tahun depan.
Ketika program dilanjutkan, katanya, keuntungan ekonomi yang berputar di masyarakat akan lebih besar lagi.
Namun, ia menggarisbawahi bahwa keuntungan itu bisa timbul karena program makan bergizi gratis ini dikerjakan atau memberdayakan masyarakat setempat.
"Nah, ini sukses sebenarnya. Suksesnya kenapa? Karena ini dijalankan oleh masyarakat lokal, lokal yang menyelenggarakan sehingga berputarnya di lokal," tutur Kris.
Peneliti itu mengatakan bahwa keuntungan tersebut baru hanya dari sisi ekonomi.
Sementara itu, dampak pada perkembangan sosial, kesehatan penerima bantuan, dan kesadaran gotong royong belum diukur.
Menurut Kris, jika pelaksanaan program Kemensos ini disalin dan diterapkan pada program makan siang gratis pemerintah Prabowo-Gibran juga bisa sukses.
"Kalau ini misalnya diadopsi untuk makan siang gratis, program pemerintah itu akan sukses karena ini sudah jalan lama, tinggal di-copy sebenarnya. Kalau dari temuan kami, ya," tutur Kris.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengatakan bahwa hasil penelitian Litbang Kompas menjadi data yang penting bagi Kemensos.
Melalui survei itu, pihaknya akan bisa memperbaiki program terkait dalam waktu ke depan.
Sementara itu, program makan siang gratis yang akan direalisasikan pemerintah pusat secara konsep juga mirip dengan program Kemensos.
"Mirip-mirip, enggak terlalu jauh, dan tadi, di samping program ini untuk memenuhi kebutuhan para lansia, tapi sekaligus menggerakkan perekonomian lokal. Ini yang ditemukan oleh Litbang Kompas," ujar Gus Ipul.