Lonjakan Kasus DBD di Jateng, Tembus 1.000 Pasien pada Desember 2024, Bagaimana Mencegahnya?
SEMARANG, KOMPAS.com - Memasuki peralihan menuju musim penghujan, Jawa Tengah mengalami lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh penularan virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Sepanjang 2024, tercatat sebanyak 15.547 kasus DBD di wilayah tersebut.
Tren peningkatan kasus DBD terlihat pada November 2024 dengan 798 kasus, dan meningkat menjadi 1.100 kasus di bulan Desember.
"November itu ada 798 kasus, di Desember 1100, jadi kelihatannya grafiknya naik ya laporan kasusnya. Ada peningkatan kasus di akhir tahun 2024 sampai awal tahun 2025 ini," ungkap Irma Makiah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jawa Tengah, melalui sambungan telepon pada Senin (6/1/2025).
Irma menjelaskan bahwa meskipun kasus DBD sempat menurun selama musim kemarau, kini kasus tersebut perlahan kembali meningkat.
Ia mengingatkan masyarakat di Jawa Tengah untuk mewaspadai DBD dan penyakit lain yang rentan muncul saat musim penghujan.
"Karena curah hujan intensitasnya tinggi, pasti lebih lembap lingkungan, otomatis banyak infeksi terkait dengan saluran pernapasan, seperti ISPA atau pilek, kadang-kadang beberapa kasus pada anak-anak pneumonia juga meningkat," pesan Irma.
Kompas.com/Retia Kartika Dewi Penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD adalah penyakit yang perlu diperhatikan.
Menurutnya, peningkatan angka kasus DBD juga disebabkan oleh perbaikan sistem pelaporan dari rumah sakit dan puskesmas yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Jawa Tengah.
"Kalau insidennya memang naik, karena tadi ya surveilansinya bagus, penemuan kasusnya tinggi, pelaporan kasusnya bagus," tambahnya.
Irma juga menyoroti bahwa perubahan iklim berkontribusi terhadap ketidakpastian peralihan musim kemarau dan penghujan.
"Sepanjang awal tahun kan hujan, panas, hujan, panas. Jadi kalau dulu DBD meningkat saat pancaroba, sekitar Maret, April, Mei sudah berhenti. Nah kemarin memanjang karena musim hujan 2023 itu datangnya telat, molor sampai di awal 2024, ya itu menjadikan surga nyamuk cuacanya yang ekstrem," jelasnya.
Dia mencatat bahwa penyakit DBD lebih banyak menyerang anak-anak karena daya tahan tubuh mereka yang relatif rentan.
Dari total 15.547 kasus DBD sepanjang 2024, sebagian besar adalah pasien anak-anak.
"DBD itu kan infeksi virus, otomatis kaitannya erat sekali dengan daya tahan tubuh. Anak-anak kan lebih rentannya," lanjutnya.
Irma mengimbau masyarakat untuk menjaga imunitas tubuh dengan beristirahat cukup, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, mengurangi begadang, mengontrol kelembapan di rumah, dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
"Pesan saya 3M ke masyarakat, bersih-bersih terus, pemberantasan sarang nyamuk, dan kader-kader ini pemantau jentiknya, jangan sampai ada jentik di rumah masing-masing," tandasnya.