Makanan MBG Berbau, Ahli Gizi Kalteng: Proses Pengolahan Perlu Perbaikan
PALANGKA RAYA, KOMPAS.com - Program makan bergizi gratis (MBG) di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), telah berjalan selama lima hari sejak Senin (13/1/2025).
Namun, beberapa hari yang lalu, publik diramaikan dengan konsumsi MBG yang berbau.
Kendati masih bisa dimakan, ahli gizi menyarankan agar pihak penyedia lebih cermat menjaga kualitas masakan sebelum dihidangkan.
Selain itu, proses pengolahan makanan juga perlu diperbaiki untuk menjaga kualitas makanan.
Kepala Bidang Dietetik dan Manajemen Penyelenggaraan Makanan dari Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Kalteng, Adisty Cynthia Anggraeni menjelaskan, menjaga kualitas makanan memerlukan proses yang panjang.
Setiap proses perlu perhatian yang cermat untuk menjaga kualitas bahan makanan sebelum akhirnya disajikan.
“Bahan makanan yang dibeli dipastikan dalam keadaan segar, seperti ayam dan sayur yang segar. Kemudian berasnya tidak berbau apek, tanpa kutu, waktu pembelian harus dipilih bahan-bahan berkualitas terbaik,” ungkap Adisty saat dihubungi Kompas.com, Jumat (17/1/2025).
Kemudian saat proses persiapan makanan, seperti memotong ayam, sayuran, mencuci beras, dan bahan-bahan lainnya, perlu diperhatikan. Lingkungan tempat memasak untuk mempersiapkan makanan yang akan dihidangkan kepada anak-anak itu perlu diperhatikan.
“Kalau lingkungan memasaknya tidak bersih, walaupun bahan yang dibeli tadi segar, tetap saja akan mengkontaminasi bahan makanan itu,” ujar wanita yang meraih gelar sarjana gizi dari Universitas Brawijaya Malang ini.
Lalu, saat memasak, harus diperhatikan bahwa masakan tersebut harus matang sempurna. Sebab, apabila tidak matang sempurna, besar kemungkinan mikroba yang ada di dalam makanan masih hidup, terutama pada lauk hewani, salah satunya seperti ayam.
Tak hanya itu, Adisty juga menyarankan agar jarak antara waktu memasak dan konsumsi MBG sebaiknya tidak terlalu jauh. Adisty tidak menyarankan makanan matang sudah sejak pagi namun baru dapat dimakan waktu siang.
“Makanan itu sebaiknya dikonsumsi kurang dari dua jam sesudah dimasak, misalnya makanannya udah selesai jam 11.00 siang, langsung didistribusikan, sehingga waktu konsumsi anak-anak tidak terlalu jauh,” tuturnya.
Tak hanya itu, dia menyarankan agar makanan sebelum sampai ke sekolah dilakukan uji cita rasa terlebih dulu. Guru dapat menjadi pihak yang lebih dulu merasakan makanan itu, untuk mengetahui aroma, tekstur, dan rasanya.
“Alangkah baiknya ada uji cita rasa sebelum makanan itu dihidangkan kepada anak-anak,” pungkasnya.
Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bukit Kenanga, salah satu dapur pemasok MBG sejumlah sekolah di Palangka Raya, M Reda Novriyan, menyampaikan bahwa keluhan-keluhan terkait MBG menjadi bahan evaluasi pihaknya ke depan agar memberikan pelayanan yang lebih maksimal lagi.
“Memang ada beberapa keluhan yang masuk ke kami, masukan ini akan kami tindak lanjuti dan menjadi evaluasi untuk memastikan (pelaksanaan program) ke depannya,” ujar Reda saat dikonfirmasi melalui aplikasi perpesanan, Kamis (16/1/2025).
Reda memastikan bahwa seluruh bagian makanan yang jadi pelengkap MBG seperti ayam, pisang, dan sayur sayuran sudah dibeli dalam kondisi segar, sehingga layak dikonsumsi oleh para pelajar.
“Untuk bahan kami pastikan beli yang segar, karena stok kami datangkan pada saat sore atau malam harinya untuk digunakan besok pagi, untuk pisang kami pastikan beli pisang baru bukan yang lama,” tuturnya.