Makna Natal bagi Jemaat GPIB Immanuel: Kesederhanaan, Kebersamaan, dan Harapan untuk Masa Depan

Makna Natal bagi Jemaat GPIB Immanuel: Kesederhanaan, Kebersamaan, dan Harapan untuk Masa Depan

JAKARTA, KOMPAS.com – Suasana khidmat dan penuh kedamaian menyelimuti Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel Jakarta pada perayaan Natal hari ini, Rabu (25/12/2024).

Setiap tahun, gereja ini menjadi tempat pertemuan ribuan umat Kristiani yang berkumpul untuk merayakan Natal.

Robinson (45), seorang jemaat asal Jakarta Utara, memaknai perayaan Natal lebih dari sekadar merenungkan kelahiran Yesus.

Bagi Robinson, Natal adalah momen untuk berkumpul bersama keluarga, berbagi kebahagiaan, dan merasakan kedamaian.

“Suasananya tenang, damai, dan penuh sukacita. Ini tempat yang membuat saya merasa dekat dengan Tuhan dan keluarga," ujar Robinson saat diwawancarai Kompas.com.

Menurut Robinson, tema Natal tahun ini, "Kesederhanaan Kristus dalam Kehidupan," sangat relevan dengan kondisi sosial-politik Indonesia saat ini.

Ia menilai, pemerintah Indonesia yang baru juga mencerminkan kesederhanaan, sejalan dengan tema yang diangkat.

"Kesederhanaan Kristus dalam Kehidupan," kata dia.

Setelah ibadah, Robinson dan keluarganya melanjutkan tradisi Natal dengan berkumpul di rumah orangtua.

“Setelah ibadah, kami berkumpul dengan keluarga besar di rumah orang tua, tradisinya hampir sama seperti Idul Fitri," ucap Robinson.

Kompas.com/ Ruby Rachmadina Momen perayaan Natal di Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel Jakarta, Rabu (25/12/2024).

Jemaat lainnya, Olav Pandin (52), memiliki pandangan serupa tentang makna Natal.

Menurutnya, Natal adalah waktu yang tepat untuk berbagi kebahagiaan dengan keluarga besar.

“Natal adalah saat untuk berkumpul, merayakan sukacita dan kedamaian. Kami saling mendoakan yang terbaik dan berbagi kebahagiaan, itu yang paling penting," ujar Olav.

Namun, Olav melihat Natal juga sebagai momentum untuk memperkuat nilai-nilai sosial dan ideologi bangsa.

 

 

“Meski di beberapa daerah masih ada diskriminasi, saya merasa kondisi sudah jauh lebih baik. Tetapi yang perlu diingat adalah, kita harus kembali pada ideologi dan nilai-nilai Pancasila. Doktrin yang baik harus diajarkan sejak dini, terutama kepada anak-anak, agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang kokoh dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif," jelas Olav.

Bagi Olav, harapan untuk masa depan Indonesia yang lebih damai juga terwujud dalam perayaan Natal.

Olav menyoroti pentingnya menghindari politik identitas untuk menjaga kedamaian bangsa.

"Jika kita ingin negara ini damai, kita harus menjauhkan politik identitas dan lebih fokus pada persatuan," tegas Olav.

Tradisi Natal di keluarga Olav juga diwarnai dengan hidangan khas Sulawesi Utara, seperti supernebon dan bubur Manado.

“Makanan-makanan yang jarang keluar di hari biasa pasti muncul saat Natal. Kami makan bersama, berbagi sukacita, dan menikmati kebahagiaan bersama keluarga," tuturnya.

Natal di GPIB Immanuel kali ini bukan hanya sekadar perayaan kelahiran Kristus, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya kesederhanaan, kebersamaan, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Sumber