Malam Mencekam di Lereng Gunung Lewotobi: Hujan Batu, Warga Sembunyi di Kolong Meja
FLORES TIMUR, KOMPAS.com – Ribuan warga mengungsi setelah Gunung Lewotobi Laki-laki meletus dahsyat pada Minggu (3/5/2024) malam. Sebagian besar pengungsi masih takut dan trauma peristiwa serupa bakal terulang kembali.
“Masih takut,” ucap Agnes Wungu Belen (60) saat ditemui di lokasi pengungsian di Desa Bokang, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (5/11/2024).
Agnes bercerita, malam itu listrik padam. Ia bersama keluarga belum tidur karena terjadi hujan lebat.
Tiba-tiba, ia mendengar bunyi petir disertai angin kencang. Di saat bersamaan terdengar gemuruh kuat dari arah gunung.
Tak lama berselang, atap rumah mereka dihujani kerikil dan batu. Agnes mulai panik, terlebih lagi banyak warga berteriak dan berlari menyelamatkan diri.
Agnes dan keluarga memilih bertahan di dalam rumah. Mereka bersembunyi di bawah kolong meja.
“Malam itu kami duduk di bawah kolong meja. Kami pasrah dengan keadaan. Karena kalau kami lari, bisa saja kami terkena batu dari gunung,” tuturnya.
Agnes dan keluarga tidak tidur hingga pagi hari. Setelah situasi sedikit aman, mereka pun memberanikan diri keluar dari rumah.
Dia kaget saat mendapati banyak rumah warga yang rusak. Atap rumah bocor, bau belerang menyengat.
“Pagi itu saya melihat banyak rumah yang hancur. Sekolah juga rusak,” ucapnya.
Hal serupa dialami Erna Buda (20), warga Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang.
Erna mengungkapkan, malam sebelum kejadian, cuaca di Desa Boru berbeda dari biasanya.
“Biasanya di Boru itu dingin kalau malam, tetapi cuaca malam itu terasa panas sekali,” kata dia.
Tiba-tiba turun hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang dan petir. Mereka juga mendengar gemuruh kuat dari arah gunung.
Erna dan keluarga mulai panik lantaran banyak pohon di sekitar rumah tumbang.
“Kami sekeluarga sangat takut. Suami saya kemudian langsung membawa saya dan anak ke rumah tetangga,” kata dia.
Kini, Erna dan keluarga sudah mengungsi ke Desa Konga, Kecamatan Titehena. Ia masih takut untuk pulang.
Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Flores Timur, Petrus Pedo Maran mencatat, per Senin (4/11/2024) pukul 23.34 Wita, jumlah pengungsi mencapai 2.472 orang.
Mereka berasal dari delapan desa terdampak yakni Nobo, Dulipali, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, Boru kedang, Nawokote, dan Pululera.
Petrus menerangkan, ribuan pengungsi itu tersebar di tiga posko pengungsian.
“Posko Desa Lewolaga sebanyak 647 orang, posko Desa Bokang sebanyak 606 orang, dan posko Desa Konga 1.219 orang,” ujar Petrus dalam keterangannya, Selasa (5/11/2024).
Petrus menambahkan, pemerintah terus memberikan pelayanan secara optimal kepada para pengungsi baik logistik maupun kesehatan.
“Kami telah mendirikan dua dapur umum untuk melayani para pengungsi di tiga lokasi tersebut,” pungkasnya.