Mangga Cianjur, Upaya Mencegah Pelajar dari Ancaman Kekerasan Seksual

Mangga Cianjur, Upaya Mencegah Pelajar dari Ancaman Kekerasan Seksual

CIANJUR, KOMPAS.com - Sepanjang tahun ini sampai Oktober 2024, tiga murid sekolah dasar di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, telah menjadi korban pelecehan seksual.

Dua pelaku di antaranya merupakan oknum kepala sekolah dan seorang guru honorer, sedangan satu pelaku lainnya adalah orang tidak dikenal.

Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur Aripin menyampaikan, berbagai upaya telah dilakukan untuk melindungi peserta didik dari ancaman tindak kejahatan, termasuk kekerasan seksual.

"Salah satunya kita meluncurkan program Mangga, yang merupakan akronim dari mapag, ngawaskeun, dan ngajajap. Ketiga upaya ini wajib dilaksanakan di sekolah, tanpa terkecuali," ucap Aripin kepada Kompas.com melalui telepon, Senin (4/11/2024).

Dikemukakan, implementasi program ini mengharuskan guru dan kepala sekolah untuk sudah berada di sekolah sebelum peserta didik datang.

Dengan demikian, mereka dapat menjemput (mapag) murid-muridnya sekaligus mengidentifikasi pihak atau sosok yang mengantarkan mereka ke sekolah.

"Sementara saat jam istirahat, wajib ada dua guru yang bertugas mengawasi (ngawaskeun) aktivitas siswa untuk mencegah terjadinya potensi perundungan dan tindak kekerasan terhadap siswa. Guru piket juga wajib keliling untuk mengawasi lingkungan sekolah," ujar dia.

Langkah terakhir yang harus dilakukan pihak sekolah terkait program pencegahan ini, sebut Aripin, adalah ngajajap, di mana guru maupun kepala sekolah harus memastikan siswa pulang dengan aman hingga mereka tidak terlihat lagi.

"Ini termasuk mengidentifikasi dan mengenali pihak yang menjemput anak, apakah orangtuanya, kerabat atau pengendara yang disewa," ucapnya.

Menurut Aripin, upaya ini perlu dilakukan supaya kasus yang menimpa salah seorang murid sekolah dasar di Cianjur beberapa waktu lalu, tidak kembali terjadi.

"Saat hendak berangkat sekolah. Korban diajak naik motor oleh orang tak dikenal, pura-pura mau diantar ke sekolah dan diiming-imingi uang Rp 5.000. Namun, dibawa ke tempat sepi dan dilecehkan," terang dia.

 

Aripin juga mewanti-wanti agar guru maupun kepala sekolah senantiasa menjaga jarak dalam interaksi dengan peerta didik.

“Harus menghindari hal-hal yang bersifat fisik, seperti menyentuh, memegang atau mengelus yang bisa diasumsikan atau disalahartikan,”

“Pengelola sekolah juga harus memastikan bahwa kondisi toilet di sekolah terpisah untuk siswa laki-laki dan perempuan," ujar dia.

Lebih lanjut disampaikan, selain program Mangga, Aripin juga telah menginstruksikan pihak sekolah untuk melibatkan personel TNI/Polri dalam upaya pencegahan tindak kekerasan terhadap anak.

"Sudah diinstruksikan kepada sekolah untuk bekerjasama dengan pihak polsek dan koramil setempat, minimal setiap Senin, ada anggota TNI/Polri yang menjadi pembina upacara. Hal ini dilakukan untuk memberikan arahan dan pemahaman kepada peserta didik terkait wawasan kebangsaan serta upaya pencegahan tindak pidana kekerasan terhadap anak," ungkap Aripin.

Sumber