Masa Senja Miah di Kolong Jembatan Pakin dan Harapan Hidup di Hunian Layak
JAKARTA, KOMPAS.com - Pada usianya yang senja, Miah (60) menghabiskan waktu di bawah Kolong Jembatan Pakin, Pademangan, Jakarta Utara.
Tidak pernah terbayangkan, dia akan menjalani masa tua bersama suaminya di tempat itu.
Perempuan paruh baya itu memiliki satu anak laki-laki yang bekerja berlayar sehingga jarang pulang dan menengok dirinya
Hal itu yang membuat Miah hanya menghabiskan waktu tuanya bersama suami tercinta.
Sudah 30 tahun lamanya, ia tinggal di bawah Kolong Jembatan Pakin.
Dengan bahan-bahan seadanya, Miah mendirikan rumah bedeng terbuat dari kayu dan triplek untuk ia dan suaminya berteduh.
Miah terpaksa tinggal di bawah kolong jembatan karena mengaku tak mampu mengontrak rumah.
Maklum saja, suami Miah yang sudah lansia hanya berprofesi sebagai tukang parkir.
"Mau mengontrak rumah enggak ada uang, suami markir di ruko paling dapat uang Rp 30.000 - Rp. 40.000 enggak cukup, buat bayar air," ungkap Miah.
Pendapatan yang tidak terlalu besar kerap kali ludes begitu saja untuk membeli beras dan air bersih.
KOMPAS.com/ SHINTA DWI AYU Kondisi rumah Jumiati (48) di bawah Kolong Jembatan Pakin, Pademangan, Jakarta Utara, Jumat (8/11/2024).Tinggal di kolong jembatan tentu saja membuat Miah dan suami tak memiliki sumber air bersih.
Jadi, untuk minum, memasak, hingga mandi, mau tidak mau Miah harus membeli air.
Satu pikul air seharga Rp 5.000. Dalam sehari, Miah dan suami membutuhkan dua pikul air.
Oleh sebab itu, hingga saat ini, Miah dan suami belum mampu mengontrak rumah yang lebih layak.
Miah mengatakan, bisa bertahan puluhan tahun di Kolong Jembatan Pakin karena sudah telanjur nyaman.
"Ya, orang namanya mengontrak di sini enggak ada uang, yang penting di sini nyaman bisa tidur," kata dia.
Di sisi lain, ia juga tak mau menuntut banyak dengan suaminya yang sudah berjuang keras.
Miah juga menyadari, fisiknya yang sudah tidak lagi sehat seperti dulu membuat ia tak bisa membantu suaminya untuk mencari uang agar kehidupannya lebih layak.
Saat ini, Miah mengaku, memiki penyakit pernapasan yang membuat aktivitas sehari-harinya terganggu.
Namun, ia tak mengetahui secara detail penyakit apa yang ia derita selama ini.
"Sakit napas, sudah ke rumah sakit. Kadang mendingan, cuma kadang napas kambuh lagi," ungkap Miah.
Beruntungnya, Miah memiliki kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sehingga bisa gratis berobat ketika sakit.
Di usianya yang tak lagi muda, Miah berharap, bisa mendapat hunian yang lebih layak.
Ia mengaku, tak keberatan jika direlokasi ke rumah susun (rusun).
"Ya, kalau masalah tinggal di rusun mah bagaimana teman-teman lah. Ya, kalau teman-teman ikut ke rusun, ya sudah saya ikut juga," ungkap Miah.