Masnah Dibayang-bayangi Bencana: Tinggal Menunggu Waktu Rumah Ambruk Terbawa Arus
BOGOR, KOMPAS.com - Masnah (48) hidup dalam kecemasan, terutama ketika hujan turun. Ia khawatir tanah tempat rumahnya berdiri, longsor lalu disapu derasnya air sungai.
Rumah Masnah berlokasi di Jalan Batu Hulung, RT 05 RW 03, Kelurahan Balumbangjaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Letaknya berjarak sekitar 20 meter dari bibir Sungai Sindangbarang.
Setiap hujan deras melanda, tanah tepi sungai semakin terkikis sehingga hanya menyisakan sedikit jarak antara rumahnya dengan daerah aliran sungai.
Apabila hujan turun, Masnah memilih mengungsi dibanding mempertaruhkan nyawa jika tetap berdiam diri di rumah.
"Kalau sudah hujan, saya tidak mau di rumah. Saya lebih memilih mengungsi ke rumah saudara yang tidak jauh dari sini," ujar Masnah saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (6/11/2024).
Belum lagi banjir yang mengintai setiap hujan deras tiba, membuatnya tidak merasa aman di rumahnya sendiri yang telah dihuninya sejak lahir itu.
Masnah sudah berulang kali menyampaikan kondisi rumahnya kepada ketua RT dan RW setempat, namun sejauh ini belum ada tindakan yang bisa menenangkan perasaan gundahnya.
"Kondisi rumah saya lahannya sudah terkikis. Kalau tanah di pinggir rumah terus tergerus seperti ini, hanya tinggal menunggu waktu sampai rumah ini benar-benar ambruk terbawa arus," ungkap dia.
Tak ada pengaman atau penghalang di antara rumah Masnah dan sungai. Sewaktu-waktu, saat hujan deras, tanah akan semakin terkikis.
"Suara air sungai kalau hujan itu seram sekali, anak saya sering menangis karena takut rumah kami terbawa arus," cerita Masnah.
Ketakutan Masnah semakin menjadi tatkala longsor pernah terjadi tepat di belakang rumahnya.
Longsor pertama yang terjadi di perbatasan RT 1 dan RT 5 RW 3 terjadi sejak tahun 2019, namun masalah ini seolah dibiarkan oleh Pemkot Bogor.
Baru pada tahun 2023, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor turun tangan.
Namun pada saat proyek perbaikan berlangsung, longsor kembali terjadi pada Agustus 2023 memperpanjang durasi proyek hingga awal 2024.
Longsor yang kembali terjadi pada Minggu (3/3/2024) semakin meluas dan memutus akses jalan di area sekitar rumah Masnah.
Sebagai seorang ibu, Masnah merasa dilema yang berat akan situasi yang menimpanya.
Di satu sisi, dia ingin menjaga rumah peninggalan orangtuanya, namun di sisi lain, ia tidak ingin membahayakan keselamatan keluarganya.
Masnah hanya berpikir jika ia beralih ke tempat tinggal lain, tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sementara pindah ke tempat baru tidak selalu mudah untuk warga dengan keterbatasan ekonomi seperti dirinya.
Harapan Masnah sederhana, dia hanya ingin pemerintah kota atau pihak berwenang segera melakukan tindakan pencegahan, seperti membangun tanggul penahan atau penguatan di sepanjang tepi sungai.
"Harus ada upaya nyata, jangan hanya didiamkan. Saya juga ingin merasa aman tinggal di rumah sendiri," kata dia.
Hingga kini, Masnah hanya bisa berdoa agar hujan yang turun tak menjadi penyebab hilangnya tempat tinggal mereka.
Baginya, hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian bukanlah pilihan, melainkan kenyataan yang harus dijalani setiap hari.
"Mau bagaimana lagi, kita berdoa saja ya, semoga Allah permudah bantuan dan berikan saya keselamatan sama anak saya," ujar dia.