Massa Pendukung Paslon Rusak Mobil Ketua KPU Lanny Jaya

Massa Pendukung Paslon Rusak Mobil Ketua KPU Lanny Jaya

 

JAYAPURA, KOMPAS.com - Kericuhan terjadi saat rapat pleno rekapitulasi suara pilkada oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Lanny Jaya di Hotel Nawi Abu, Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan, pada Senin (9/12/2024) malam.

Massa pendukung calon bupati dan wakil bupati Lanny Jaya merusak fasilitas hotel dan mobil ketua KPU Lanny Jaya.

Aparat keamanan dari Kepolisian Resor Lanny Jaya langsung membubarkan massa yang melakukan aksi anarkis di Hotel Nawi Abua.

"Peristiwa ini terjadi pada Senin (9/12/2024). Dari aksi anarkis tersebut menyebabkan rusaknya mobil Pajero putih PA 1985 B milik ketua KPU Kabupaten Lanny Jaya, dan kaca Hotel Nawi Abua Kabupaten Lanny Jaya," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah (Polda) Papua, Komisaris Besar Polisi (Kombrs Pol) Ignatius Benny Ady Prabowo dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (10/12/2024).

Menurut Benny, kejadian itu berawal dari pelaksanaan rapat koordinasi terkait sidang pleno yang terhambat. Rapat koordinasi itu untuk mencari kesepakatan dan solusi terbaik supaya pleno berlanjut untuk 18 distrik yang masih tersisa.

"Kejadian ini berawal saat hendak dilakukan koordinasi terkait sidang pleno yang terhambat di Kabupaten Lanny Jaya," tuturnya.

Kapolres Lanny Jaya Kompol Nursalam Saka menyampaikan, massa pendukung paslon yang membawa alat perang tradisional itu tidak puas dengan hasil keputusan rapat.

“Massa melakukan aksi anarkis dengan melakukan pelemparan terhadap aparat keamanan TNI dan Polri yang melaksanakan pengamanan di Hotel Nawi Abua,” ucapnya.

Nursalam mengatakan, penyebab lain terjadinya kericuhan itu adalah adanya teriakan dari massa pendukung paslon lain yang meneriakkan kemenangan calon yang didukungnya.

"Mendengar teriakan tersebut, massa pendukung salah satu paslon langsung menyerang massa pendukung lainnya dengan panah, sehingga terjadi aksi saling serang antar-pendukung massa," jelasnya.

Meski demikian, koordinator lapangan (korlap) dan tim sukses (timses) dari masing-masing paslon menghalau massa untuk mundur.

“Tidak menutup kemungkinan massa aksi saling serang tersebut akan terjadi kembali karena ketidakpuasan dari salah satu massa paslon,” katanya. 

Sumber