Masuk Musim Hujan, 5 Orang di Demak Meninggal akibat Leptospirosis
DEMAK, KOMPAS.com - Kasus kematian akibat leptospirosis di Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng), mencapai 5 orang dalam 11 bulan terakhir.
Zoonosis yang ditularkan melalui kencing tikus ini meningkat seiring masuknya musim hujan di Kabupaten Demak.
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Demak, dari Januari hingga November 2024, menunjukkan bahwa leptospirosis mencapai 65 kasus dan 5 kasus kematian alami.
Pengelola Program Zoonosis Leptospirosis Dinkes Demak, Cholid Efendi, menyatakan, bahwa tren kenaikan leptospirosis terjadi di awal musim hujan.
"Tertinggi (tahun ini) April 17 kasus, pertahunnya mirip, awal musim hujan kemarin. Biasanya naiknya November, Desember terus naik, April mulai turun," ujar Cholid, saat ditemui di Dinkes Demak, Selasa (17/12/2024).
Meskipun begitu, Cholid mengeklaim bahwa kasus leptospirosis di akhir tahun 2024 ini mengalami tren penurunan.
"Alhamdulillah ini, moga-moga tidak naik, ini Desember belum ada kasus baru," ujar dia.
Penyebaran leptospirosis, dengan kasus tertinggi di daerah Kecamatan Karangawen, Mranggen, dan Kecamatan Sayung.
"Kasusnya kemarin tertinggi di daerah Karangawen, kasus kematian itu sampai 3 orang," ungkap dia.
Gejala leptospirosis ditandai dengan nyeri berlebihan di bagian betis dan disertai dengan gejala lain.
"Betisnya itu nyeri sakit banget, gejala lain ada muntah, diare, kepala pusing, itu baru klinis," kata dia.
Menurut Cholid, leptospirosis bisa terdeteksi dengan rapid diagnostic test (RDT) dan pemeriksaan darah rutin.
"Kalau diagnosis utama harus RDT, juga bisa pemeriksaan darah rutin untuk mendukung," papar dia.
Dia menambahkan, obat leptospirosis tersedia di seluruh puskesmas yang ada di Kabupaten Demak.
Oleh karenanya, apabila masyarakat mengalami gejala, disarankan untuk segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan terdekat.
"Obatnya antibiotik, sebenarnya gampang, asal tidak terlambat. Kebanyakan terlambat, jadi dianggap flu batuk pilek biasa," kata Cholid.