Masuk Musim Hujan, Warga Bogor Utara 2 Kali Kebanjiran dalam Sehari
BOGOR, KOMPAS.com – Banjir yang melanda Gang Raden Ahmed Kosasih, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, semakin sering terjadi, terutama saat musim hujan.
Ule (58), salah satu warga setempat, mengatakan bahwa banjir di wilayahnya kini bisa terjadi hingga dua kali dalam sehari.
"Kalau sekarang sehari bisa dua kali banjir. Apalagi kalau musim hujan, waktu itu pagi banjir dan malamnya banjir lagi," ujar Ule saat ditemui Kompas.com, Rabu (20/11/2024).
Ia menyebutkan, permasalahan banjir sudah berlangsung hampir 15 tahun terakhir. Kini, intensitasnya semakin tinggi.
Banjir pada Selasa (19/11/2024) lalu, menurut Ule, merupakan yang terparah. Ketinggian air mencapai 60 sentimeter, bahkan sempat mencapai pinggulnya.
"Hujan deras kemarin air dari sungai tiba-tiba naik, airnya tiba-tiba masuk sampai pinggul saya, sekitar 60 sentimeter," ungkapnya.
Saat banjir datang, Ule segera menyelamatkan barang-barang penting di rumahnya, antara lain pakaian, barang elektronik, dan kebutuhan pokok seperti beras.
Namun, ia belum sempat membereskan seluruh perabotan di rumahnya karena khawatir banjir akan datang lagi.
"Barang-barang saya masih belum dirapikan. Saya takut kalau hujan lagi, jadi sekalian aja biar langsung dibawa," tambahnya.
Ule mengungkapkan, salah satu penyebab banjir semakin parah adalah pembangunan perumahan di sekitar wilayahnya. Dulu, area tersebut adalah kebun yang mampu menyerap air hujan. Namun, dengan adanya perumahan yang dibangun di atas lahan aspal dan beton, penyerapan air menjadi terhambat.
"Kalau sekarang banjir itu lama surutnya. Ini karena air perumahan itu semuanya masuk ke Sungai Ciheleut. Dulu perumahan itu kebun, biasanya kalau hujan air langsung terserap ke tanah. Karena sekarang aspal dan beton jadi air tidak ada tempat penyerapan. Sedangkan air kan mengalir terus dan akhirnya kena ke rumah warga sini," ujarnya.
Senada dengan Ule, warga lainnya, Empat (65), juga mengeluhkan kondisi serupa. Menurutnya, meskipun masalah banjir sudah dilaporkan kepada pihak RT dan RW, belum ada solusi yang jelas. Warga kini hanya bisa siaga ketika hujan turun.
"Kalau sudah hujan semua diberes-beresin, jadi tinggal dibawa, takut tidak sempat. Kita sudah bilang ke RT dan RW tapi mungkin mereka juga bingung harus gimana ya, jadi kita siaga aja kalau hujan datang," kata Empat.
Banjir yang terus menerus melanda wilayah ini menunjukkan bahwa pembangunan yang tidak memperhatikan daya serap air tanah bisa berujung pada masalah lingkungan yang semakin serius. Warga berharap ada langkah nyata dari pemerintah setempat untuk menangani masalah ini.